BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menyimak merupakan satu pengalaman belajar
yang sangat penting bagi para siswa dan seyogyanya mendapat perhatian
sungguh-sungguh dari pengajar. Menyimak sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan ketrampilan yang cukup mendasar dalam
aktivitas berkomunikasi. Dari pernyataan tersebut maka ketrampilan menyimak
adalah satu bentuk ketrampilan berbahasa yang reseptif.
Implikasi dalam
pelaksanaan pengajaran ialah bahwa pengajar hendaknya memulai pelajarannya
dengan kegiatan lisan yaitu dengan memperdengarkan (sebaiknya secara spontan,
tidak dengan membaca) ujaran-ujaran bahasa Arab baik berupa kata-kata maupun
kalimat, setidak-tidaknya ketika guru memperkenalkan kata-kata baru,
ungkapan-ungkapan baru, atau pola kalimat baru. Manfaat dari kegiatan ini
adalah untuk membiasakan siswa mendengar ujaran dan mengenal dengan baik
tata-bunyi bahasa Arab, selain itu dapat menciptakan kondisi belajar penuh
gairah dan menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Hal ini sengaja ditekankan dalam
kemampuan istima’ yang diharapkan siswa membaca buku teks sejak awal pelajaran.
Tujuan dari
keterampilan menyimak sangatlah
penting, karena tanpa kemampuan menyimak yang baik, akan terjadi banyak kesalah
pahaman dalam komunikasi sesama pemakai bahasa, yang dapat mnyebabkan berbagai
hambatan dalm pelaksanaan tugas dan kegiatan sehari-hari.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut.
1.
Apa pengertian keterampilan menyimak?
2.
Apa saja metode dan teknik pengajaran keterampilan menyimak?
3.
Media apa yang dapat digunakan dalam pengajaran keterampilan
menyimak?
4.
Bagaimana praktik dari strategi dan teknik pengajaran keterampilan
menyimak?
C.
Tujuan
Adapun tujuan
dari makalah kami, sebagai berikut.
1.
Mengetahui pengertian keterampilan menyimak.
2.
Mengetahui metode dan teknik pengajaran keterampilan menyimak.
3.
Mengetahui media yang dapat digunakan dalam pengajaran keterampilan
menyimak.
4.
Mengetahui praktik dari strategi dan teknik pengajaran keterampilan
menyimak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan Tujuan Pengajaran Keterampilan Menyimak
Salah satu
prinsip linguistik menyatakan bahwa bahasa adalah ujaran, yakni bunyi-bunyi
bahasa yang diucapkan dan bisa didengar. Atas dasar itulah beberapa ahli pengajaran
bahasa dan berpandangan bahwa pengajaran bahasa sebaiknya dimulai dengan
kegiatan berbahasa lisan sebelum membaca dan menulis. Menyimak merupakan satu
pengalaman belajar yang amat penting bagi para siswa dan seyogyanya mendapat
perhatian sungguh-sungguh dari pengajar (Efendy, 2012).
Menyimak
sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan keterampilan yang cukup
mendasar dalam aktivitas berkomunikasi. Berdasarkan pernyataan tersebut maka
jelas bahwa ketrampilan menyimak harus dibina dan ditingkatkan karena sangat
dibutuhkan oleh manusia baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk kepentingan
lingkungan pendidikan (Ice Sutari, 1998).
Ketrampilan
menyimak adalah satu bentuk ketrampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Implikasi
dalam pelaksanaan pengajaran ialah bahwa pengajar hendaknya memulai
pelajarannya dengan kegiatan lisan yaitu dengan memperdengarkan (sebaiknya
secara spontan, tidak dengan membaca) ujaran-ujaran bahasa Arab baik berupa
kata-kata maupun kalimat, setidak-tidaknya ketika guru memperkenalkan kata-kata
baru, ungkapan-ungkapan baru, atau pola kalimat baru. Manfaat dari kegiatan ini
adalah untuk membiasakan siswa mendengar ujaran dan mengenal dengan baik tata-bunyi
bahasa Arab, selain itu dapat menciptakan kondisi belajar penuh gairah dan
menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Hal ini sengaja ditekankan dalam
kemampuan istima’ yang diharapkan siswa membaca buku teks sejak awal pelajaran
(Iskandarwassid, 2013).
Diperhatikan
prinsip keterpaduan (takamullah) dari keempat ketrampilan yang memiliki
keterpaduan, misalnya ketrampilan menyimak dengan ketrampilan menulis, ketrampilan
menyimak dan berbicara. Ketrampilan menyimak ini tidak dapat dipisahkan dari
ketrampilan berbicara. Keberhasilan seseorang menyimak informasi tergantung
pada kelihaian pembicara menyampaikan informasi tersebut.
Langkah pertama
dari kegiatan ketrampilan menyimak ialah proses psikomotorik untuk menerima
gelombang suara melalui telinga dan mengirimkan impuls-impuls tersebut ke otak.
Namun, proses tersebut hanyalah suatu permulaan dari su atu proses interaktif ketika otak bereaksi terhadap
impuls-impuls tadi untuk mengirimkan sejumlah mekanisme kognitif dan afektif
yang berbeda.
Dalam KBM
menyimak, pola KBM yang dikemukakan oleh Kemp (1977) dapat diberlakukan pada aktivitas
menyimak. Berikut ini beberapa tahapannya.
1.
Identifikasi. Peserta didik mempersepsi bunyi-buni dan frase-frase
dengan mengidentifikasi unsur-unsur ini secara langsung dan holistik terhadap
artinya.
2.
Identifikasi dan seleksi tanpa retensi. Peserta didik mendengarkan
untuk kesengan memahami, menyarikan sekuen, tanpa dituntut untuk
mendemonstrasikan pemahaman melalui penggunaan bahasa secara aktif.
3.
Identifikasi dan seleksi terarah dengan retensi pendek/ terbatas.
Peserta didik diberi beberapa indikator terlebih dahulu tentang hal-hal yang
didengar atau disimak, mereka mendemonstrasikan pemahamannya secara langsung
dalam beberapa cara yang aktif.
4.
Identifikasi dan seleksi dengan retensi yang memerlukan waktu yang
panjang.
Strategi
pembelajaran keterampilan menyimak berkembang terutama dalam pengajaran bahasa
asing. Munculnya teknologi perekaman seperti kaset, CD, video, dan lain-lain,
meningkatkan kemajuan pemberian materi ajar menyimak. Dalam pengajaran bahasa
Indonesia, tampaknya strategi belajar menyimak masih berkutat dengan pola lama,
yaitu peserta didik mendengar dan berupaya menjawab apa yang dijelaskan oleh
pengajar.
Unsur yang
sangat penting dan fundamental dalam semua interaksi adalah keterampilan untuk
memahami apa yang dikatakan atau diucapakan oleh orang lain atau pembicara.
Dalam kehidupan barnahasa sehari-hari, sering kita jumpai pendengar-pendengar
yang kurang terampil, baik dalam bahasa ibu maupun bahasa kedua; mungkin karena
perhatian kurang terpusat, egosentrisme, ataupun karena sifat kenangan lewat
pendengaran yang singkat, padahal kebanyakan orang dewasa diperkirakan telah
menggunakan waktu dalam aktivitas komunikasi: 45% digunakan untuk mendengarkan,
30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan hanya 9% untuk menulis.
Dalam situasi
kehidupan sehari-hari banyak orang yang
menjadi terampil, baik dalam bahasa pertama maupun bahasa kedua, dalam memahami
register-register bahasa variasi dialek, dan kemajemukan struktur, tetapi
mereka tidak menghasilkannya sendiri dalam wicara. Dalam hubungan inilah para
peserta didik harus diberi dorongan dan kesempatan untuk menerima pengalaman
dalam kehidupan berbahasa yang nyata, dan menerima latihan-latihan yang sesuai
bagi masing-masing individu dengan materi yang efektif dan praktis serta menyenangkan.
Sebenarnya
mendengarkan memahami itu bukan merupakan suatu proses yang pasif, melainkan
suatu proses yang aktif dalam mengontruksikan suatu pesan dari suatu arus bunyi
yang diketahui orang sebagai potensi-potensi fonologis, semantik, dan sintaksis
suatu bahasa. Dalam proses tersebut dapat dibedakan dua aspek tujuan menyimak,
yaitu:
a.
Persepsi, yakni ciri kognitif dari proses mendengarkan yang
didasarkan pada pemahaman pengetahuan tentang kaidah-kaidah kebahasaan;
b.
Resepsi, yakni pemahaman pesan atau penafsiran pesan yang
dikehendaki oleh pembicara (Iskandarwassid, 2014).
Dalam buku Keterampilan
Menyimak karya Deby Luriawati Naryatmojo (2011) terdapat dua aspek tujuan
menyimak yang perlu diperhatikan, yaitu adanya pemahaman dan tanggapan penyimak
terhadap pertama pesan pembicara, dan kedua pesan itu sesuai
dengan kehendak pembicara. Berdasarkan dua aspek menyimak tersebut dapat
diperinci lagi tentang tujuan menyimak sebagai berikut ini.
1.
Mendapatkan fakta
2.
Menganalisis fakta
3.
Mengevaluasi fakta
4.
Mendapatkan inspirasi
5.
Mendapatkan hiburan
6.
Memperbaiki kemampuan berbicara (Deby, 2011)
B.
Media Pengajaran Keterampilan Menyimak
1. Compact Disk (CD)
Compact disk merupakan
media yang sangat penting dalam pembelajaran keterampilan menyimak, karena
benda ini dapat diisi dengan beberapa bentuk software sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh guru. Sebagai contoh materi pembelajaran menyimak yang dapat dimasukkan
kedalam media ini seperti, film, drama, pidato, iklan, lagu-lagu atau bentuk
siaran lain.
2. Casset Recorder
Casset Recorder merupakan media yang sudah lama digunakan dalam
pembelajaran keterampilan menyimak, akan tetapi media ini hanya terbatas untuk
materi-materi tertentu tidak se fleksibel compact disk. Kekurangan media ini
tidak dapat menampilkan dalam bentuk gambar.
3. Peragaan
Peragaan merupakan media yang dapat membantu siswa dalam memahami teks yang
didengar siswa, disamping itu dapat pula memberikan penguatan terhadap makna
yang terkandung dalam teks tersebut. Peragaan yang dimaksud adalah : gerakan
badan, isyarat, mimik wajah atau bentuk yang lainnya.
4. Permainan Bahasa
Ada beberapa permainan bahasa yang dapat digunakan dalam mengajarkan
keterampilan menyimak seperti : bisik berantai (al asror al mutastalstil),
perintah bersyarat, siapa yang berbicara (man al mutahadist), bagaimana saya
pergi.
5. Gambar Bersambung
Gambar bersambung merupakan kumpulan gambar yang menunjuk satu peristiwa
yang utuh. Gambar tersebut bisa dalam bentuk kartu yang terpisah, atau dalam
satu lembaran yang utuh. Cara menggunakannya bisa satu satu atau sekaligus
ditunjukkan kepada siswa.
C.
Metode dan Teknik-teknik Pengajaran Keterampilan Menyimak
Metode pengajaran keterampilan menyimak adalah suatu rencana
menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang
ditentukan dalam pengajaran keterampilan menyimak. Adapun metode-metode dalam
pengajaran keterampilan menyimak (istima’) antara lain:
1.
Metode Langsung
Metode ini
dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses belajar bahasa kedua atau bahasa
asing sama dengan bahasa ibu yaitu dengan penggunaan bahasa secara langsung dan
intensif dalam komunikasi, dan dengan menyimak dan berbicara, sedangkan
mengarang dan membaca dikembangkan kemudian. Oleh karena itu pelajar harus
dibiasakan berfikir dalam bahasa target dan penggunaan bahasa pelajar dihindari
sama sekali.
2.
Metode Audiolingual
Metode
didasarkan atas beberapa asumsi antara lain bahwa bahasa itu pertama-tama adalah
ujaran oleh karena itu pengajaran bahasa harus dimulai dengan memperdengarkan
bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk kata atau kalimat kemudian mengucapkannya bahwa
sebelum pelajaran membaca dan menulis. Tujuan pengajarannya adalah penguasaan
empat keterampilan berbahasa secara seimbang, dan urutan penyajiannya yaitu
menyimak dan berbicara baru kemudian membaca dan menulis. Penggunaan bahan
rekaman, laboratorium bahasa dan visual aids sangat dibutuhkan.
Langkah-langkah penyajian:
a)
Penyajian dialog atau bacaan pendek dengan cara guru membacanya
berulang kali dan pelajar menyimak tanpa melihat teks.
b)
Peniruan dan penghafalan dialog atau bacaan pendek dengan teknik
menirukan bacaan guru, kalimat per kalimat secara klasikal sambil menghafalkan
kalimat-kalimat tersebut.
c)
Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog atau bacaan
pendek terutama yang dianggap sukar karena terdapat dtruktur atau ungkapan
berbeda dengan struktur dalam bahasa ibu pelajar.
d)
Dramatisasi bacaan pendek atau dialog yang sudah dilatihkan.
e)
Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola kalimat
yang sudah dipelajari.
3.
Metode Ekletik
Metode eklektik
ini bisa menjadi metode yang ideal apabila didukung oleh penguasaan guru secara
memadai terhadap berbagai macam metode, sehingga dapat mengambil secara tepat
segi-segi kekuatan dari setiap metode dan menyesuaikannya sesuai dengan
kebutuhan program pengajaran yang ditanganinya, kemudian secara proposional
(Effendy, 2012).
Beberapa teknik yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan
menyimak, antara lain adalah teknik loci, teknik penggabungan, dan teknik
fonetik.
a.
Teknik Loci
Teknik loci pada dasarnya memberikan cara mengingat pesan dengan
memvisualisasikan dalam benak penyimak tentang materi yang harus diingat.
Teknik loci dilakukan dengan mempelajari urutan informasi lain yang serupa,
mempelajari lokasi-lokasi yang ada disekitar, dan mencocokkan hal-hal yang akan
diingat dengan lokasi-lokasi tersebut.
b.
Teknik penggabungan/ link System
Teknik ini memberikan gagasan tentang cara mengingat, yaitu dengan
menghubungkan/ menggabungkan pesan pertama yang akan diingat dengan pesan
kedua, ketiga dan seterusnya. Pesan berantai ini dihubungkan pula dengan
imajinasi tertentu yang perlu divisualisasikan secara jelas dalam pikiran.
Untuk mencegah terjadinya kelupaan pada pesan pertama (pesan yang akan dimatarantaikan),
perlu menghubungkan pesan pertama dengan lokasi yang akan mengingatkan pada
item tersebut.
c.
Teknik Fonetik
Sistem ini lebih kompleks karena melibatkan penggabungkan angka,
bunyi fonetis, kata-kata yang mewakili bilangan dan bunyi dengan pesan yang
akan diingat. Sistem ini disusun dalam beberapa tahapan langkah, yaitu:
1.
Mempelajari penggabungan antar bilangan dan sepuluh huruf
bunyi-bunyi fonetis (yang hanya terdiri dari huruf-huruf konsonan).
2.
Membentuk dan mempelajari kata-kata yang berhubungan dengan
bilangan.
3.
Membentuk imajinasi visual yang kuat untuk masing-masing kata yang
menghubungan dengan bilangan.
4.
Membentuk penggabungan visual dengan masing-masing kata yang
terbentuk dan kata-kata yang divisualisasikan.
d.
Akronim dan Akrostik
Cara lain untuk meningkatkan kemampuan mengingat adalah dengan
metode mnemonic device atau trik memori. Mnemonic device ini berupa akronim dan
akrostik dari item yang akan diingat. Contoh-contoh dari akronim adalah IKIP
(Institut Keguruan lmu Pendidikan). Adapun contoh dari akrostik ialah “mejikuhibiniu”
yaitu akrostik dari warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
e.
Teknik Pengelompokan Kategoril
Pengelompokan kategorial adalah suatu teknik pengorganisasian yang
dapat digunakan ssecara sistematis untuk memodivikasi informasi baru dengan
cara memberikan struktur baru pada informasi-informasi tersebut. Misalnya
penyimak akan mengingat atau menghafal pesan tentang mawar, jingga, rusa,
melati, hijau dan sapi, maka penyimak dapat mengelompokan kata-kata tersebut
berdasarkan kategorinya yaitu mawar dan melati, jingga dan hijau, serta sapi
dan rusa.
f.
Teknik Pemenggalan
Teknik ini memberikan cara mengingat pesan engan cara memenggal
pesan-pesan yang panjang. Misalnya apabila seseorang mendengar orang
membuktikan nomor telpon, 8507080 agar mudah mengingatnya dapat dipenggal
850-70-80 (Ice Sutari, 1998).
Permasalahan
penting lainnya yang dirasakan oleh penyimak ialah bukan terletak pada
bagaimana meningkatkan kemampuan memorinya secara gramatikal atau kemampuan
mengingat angka-angka melainkan bagaimana mengingat nama-nama. Meskipun tidak
ada teknik-teknik khusus untuk mengingat nama-nama, ada beberapa tahapan dan
strategi yang dapat diambil untuk mengingat nama-nama secara lebih efektif.
Langkah-langkah tersebut adalah :
-
Menyimak atau memperhatikan
-
Mengulang atau melatih
-
Menggabungkan dan memvisualkan imaji-imaji berdasarkan apa-apa yang
telah kita pelajari pada peningkatan kemampuan memori.
Keefektifan teknik
memori yang ditampilkan pada bagian ini didukung oleh adanya hasil-hasil temuan
eksperimen, baik dari laboratorium. Namun apabila tekhnik-tekhnik tersebut
tidak dilatihkan terlebih dahulu, seseorang tidak akan mampu menggunakan
tekhnik tersebut secara spontan melainkan harus melalui beberapa uji coba. Jadi
peningkatan kemampuan mengingat akan sepenuhnya bergantung pada tekhnik memori
dan kreatifitas dari orang yang berkepentingan (Ice Sutari, 1998).
Iskandarwassid dalam bukunya Strategi
Pembelajaran Bahasa (2013) menyebutkan bahwa teknik-teknik pembelajaran
keterampilan menyimak memiliki beberapa tahapan. Untuk teknik pembelajaran
keterampilan menyimak bagi tingkat pemula dapat dilakukan teknik sebagai
berikut.
· Demonstrasi
· Dikte
· Permainan kartu
kata
· Wawancara
· Permainan
memori
· Biografi
· Manajemen kelas
· Kisah diri
· Permainan
telepon
Untuk tingkat
menengah, teknik yang dapat digunakan adalah :
· Demonstrasi
· Imajinasi musik
· Biografi
· Peta drama
pendek
· Wawancara
· Permainan kartu
kata
· Ksiah diri
· Permainan
telepon
· Percakapan satu
pihak (monolog)
· Dikte
· Pesan tercatat
· Pidato pendek
Untuk tingkatan
yang lebih tinggi yaitu; tingkat lanjut, teknik-teknik keterampialn menyimak
dapat dilakukan dengan teknik:
· Demonstrasi
· Biografi
· Kisah diri
· Peta drama
· Wawancara
· Percakapan satu
pihak
· Alternatif
· Dikte
· Permainan kartu
kata
· Pesan tercatat
· Peta cerita
· Talkshow
· Pidato
· Melengkapi
cerita
· Testimoni
Adapun
teknik dalam proses pembelajaran ketrampilan menyimak dapat dibagi dalam empat
tahapan (Munir, 2006: 158) dalam Fathul Mujib (2012). Di antaranya adalah
sebagai berikut.
1.
At-taqdim
At-taqdim
adalah tahapan yang dilalui seorang guru bahasa Arab dalam menyampaikan materi.
Teknik ini menekankan pada aspek melafalkan bunyi huruf secara fasih, baik dari
aspek makhraj maupun sifat, baik bunyi huruf hidup maupun mati, dengan gaya
pengungkapan huruf secara tepat.
2.
Al-Muhakah wat Tikrar
Al-Muhakah wat Tikrar
adalah tahapan dimana seorang guru bahasa Arab melatih istima’ dengan cara
menyampaikan ungkapan-ungkapan bunyi huruf, lalu diikuti oleh semua peserta
didik.
3.
At-tamayyuz
Tahapan ini pada dasarnya merupakan bentuk detail dari tahap
sebelumnya, yaitu tahap pemvelajaran yang lebih menekankan pada aspek memahami
karakteristik bunyi huruf secara baik.
4.
Al-Isti’mal
Strategi alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran
keterampilan ashwat dan mendengar, di antaranya adalah dengar-ulang-ucap,
dengar-tulis, dan dengar-kerjakan.
D.
Mempraktikkan Strategi dengan Teknik Pengajaran Keterampilan Menyimak
1.
Menyimak Berita
Bertujuan supaya siswa dapat memahami dan memaknai berita yang
didengarnya dengan cermat, cepat dan tepat. Siswa mendengarkan radio berita
radio atau tv atau rekaman.
Alat yang
digunakan: kaset berita, rekaman, tape recorder, dan tv.
Kegiatan
dapat dilaksanakan secara perseorangan maupu kelompok
Cara
pelaksanaan:
1)
Guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik
pembelajaran hari itu.
2)
Perdengarkanlah berita radio, tv, atau rekaman.
3)
Siswa mencermati isi berita tersebu.
4)
Siswa menuliskan isi berita yang didengarnya.
5)
Siswa secara berkelompok mengidentifikasikan berita berdasarkan
tempat, pelaku (siapa dengan siapa), waktu, tentang apa, mengapa, bagaimana dan
bermakna apa.
6)
Siswa mendiskusikan hasil identifikasi ke dalam kelompok.
7)
Siswa melaporkan hasil diskusi tersebut didepan kelas dan kelompok
lain memberikan penilaian.
8)
Siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan
pada hari itu.
2.
Menyimak Pidato
Bertujuan supaya siswa mampu mendengarkan pidato dalam waktu yang
lama. Siswa dapat mendengarkan pidato secara langsung maupun melalui kaset
dalam waktu 1 sampai dengan 2 jam berturut-turut. Konsentrasi siswa tetap utuh
meskipun dalam waktu yang lama.
Alat yang
digunakan: kaset pidato dan tape recorder, teks pidato, dan lembar folio kosong
untuk catatan.
Kegiatan
dilakasanakan secara perseorangan.
Teknik
pelaksanaan:
Caranya
yaitu: (1) guru memberikan pengantar singkat tentang teknik pelaksanaan
pembelajaran hari itu, (2) siswa duduk dengan seksama dalam posisi siap
mendengarkan sambil menyiapkan alat tulisnya, (3) siswa mendengarkan rekaman
pidato resmi seseorang tokoh (bupati, walikota, gubernur, menteri, presiden
atau siapa saja yang dianggap tokoh) dari kaset yang diputar, (4) setelah
pidato selesai, siswa menuliskan secara singkat hal-hal yang mereka dengarkan
(menulskan kembali secara ringkas), (5) siswa membentuk kelompok untuk saling
mendiskusikan hasil ringkasan pidato yang dibuat masing-masing, (6) wakil
kelompok menyampaikan hasil diskusi didepan kelas siswa lainnya menanggapi, (7)
siswa secara perseorangan menjawab pertanyaan yang disodorkan guru berkaitan dengan
isi pidato, (8) siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran yang mereka
lakukan pada hari itu.
3.
Menyimak Debat
Bertujuan
supaya siswa dapat menyimak sebuah perdebatan yang ditunjukkan melalui
penyimpulan kelompok mana yang paling bagus tampilannya ditinjau dari kedalaman
isi, keruntutan bahasa, dan tingkat komunikatifnya.
Alat yang
digunakan: format isian
Kegiatan dapat
dilakukan secara perseorangan maupun kelompok.
Cara
pelaksanaan:
1)
Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu.
2)
Siswa menyimak jalannya debat dan mencata hal-hal yang penting.
3)
Siswa mempresentasikan hasil penilaian jalannya debat.
4)
Kelompok lain memberi tanggapan tentang pendapat temanya.
5)
Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
4.
Menyimak Cerita
Bertujuan
supaya siswa dapat memaknai dengan cermat, cepat, dan tepat tentang cerita yang
didengarnya. Siswa mendengarkan cerita yang diputarkan dan dilisankan.
Alat yang
digunakan: kaset cerita atau tape recorder.
Kegiatan
teknik pembalajarn ini dapat dilaksanakan secara perseorangan maupun kelompok.
Cara
pelaksanaan: (1) guru memberikan
pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu, (2)
putarkanlah kasset cerita yang cocok dengan siswa, (3) siswa mendengarkan
cerita yang telah diputar tersebut, (4) siswa secara berkelompok
mengidintefikasikan cerita berdasarkan tempat, pelaku, waktu, tentang apa,
mengapa,bagaimana, dan bermakna apa, (5) siswa mendiskusikan hasil identifikasi
ke dalam kelompok, (6)siswa melaporkan hasil diskusi tersebut didepan kelas dan
kelompok lain memberikan penilaian, (7) siswa menyimpulkan dan merefleksi
pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.
5.
Menyimak Berantai
Bertujuan
supaya siswa dapat memahami informasi yang dibisikkan oleh temannya dengan cermat,
cepat dan tepat. Siswa mendengarkan informasi yang disampaikan teman kemudian
menyampaikan informasi yang didengar ke teman sebelahnya secara berantai dalam
kelompok.
Alat yang
digunakan: catatan informasi singkat, panjang, dan tidak beraturan (ada tiga
catatan informasi yang direkayasa).
Kegiatan
teknik pembelajaran ini dapat dilaksanakan setara kelompok.
Cara
pelaksanaan:
1.
Guru memberikan pengantar singkat tentang pelakasanaan teknik
pembelajaran hari itu.
2.
Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok dengan per anggota per
kelompok sama jumlahnya.
3.
Siswa dalam kelompok diatur dengan berjajar kesamping atau
kebelakang.
4.
Setelah posisi siswa sesuai dengan yang diharapkan, guru memanggil
siswa yang paling depan atau paling kanan atau kiri untuk membawa catatan
informasi yang ditunjukkan guru secara rahasia.
5.
Siswa yang menerima informasi tersebut secara cepat membisikkan
informasi ke teman belakangnya atau sampingnya (berdasarkan posisi kelompok).
6.
Secara berantai siswa membisikkan informasi ke teman berikutnya
secara bergantian.
7.
Siswa yang paling belakang mengucapkan dengan keras informasi yang
diterimanya dari teman depannya.
8.
Siswa depan mencocokkan dengan informasi yang asli.
9.
Guru dapat mengulang dengan informasi yang berjenis-jenis (beberapa
informasi) kedalam satu kelompok secara bertahap.
10.
Siswa menyimpulkan tentang kegiatan yang baru mereka laksanakan dan
merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu (Suyatno, 2004).
Beberapa
strategi yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran istima’ (menyimak)
dalam pembelajaran bahasa Arab, antara lain:
1.
Strategi 1 (True
or False)
Strategi ini bertujuan untuk melatih kemampuan
mendengarkan bacaan dan memahami isi bacaannya secara global. Dalam strategi
ini yang dibutuhkan adalah rekaman bacaan dan potongan-potongan teks yang
terkait dengan isi bacaan tersebut untuk dibagikan kepada siswa.
Langkah-langkahnya
adalah:
1)
Bagikan
potongan-potongan teks yang dilengkapi dengan alternatif jawaban benar atau
salah (B/S).
2)
Perdengarkan
bacaan atau nash lewat kaset atau CD dan para siswa ditugaskan untuk menangkap
isi bacaan secara umum.
3)
Setelah
bacaan selesai, para siswa diminta membaca pernyataan-pernyataan yang telah
dibagikan, kemudian memberikan jawaban benar atau salah terhadap pernyataan
tersebut. Jika pernyataan tersebut sesuai dengan isi bacaan yang didengar,
berarti benar, dan jika tidak sesuai maka jawabannya salah.
4)
Mintalah
masing-masing siswa untuk menyampaikan jawabannya.
5)
Perdengarkan
sekali lagi kaset tersebut agar masing-masing siswa dapat mencocokkan kembali
jawaban yang telah ditulisnya.
6)
Berikanlah
klarifikasi terhadap semua jawaban tersebut agar semua siswa mengetahui
kebenaran dari jawaban mereka masing-masing.
2.
Strategi 2
Strategi ini
lebih menekankan pada aspek kemampuan memahami isi bacaan dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang mengiringi dalam setiap bacaan tersebut.
Langkah-langkahnya adalah:
Langkah-langkahnya adalah:
1)
Perdengarkan
nash yang sudah direkam dalam kaset maupun CD.
2)
Mintalah
semua siswa untuk mendengarkan dan mencatat hal-hal yang penting.
3)
Mintalah
semua siswa untuk menjawab soal-soal yang disampaikan pada akhir bacaan
tersebut. Jawaban dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis.
4)
Mintalah
masing-masing siswa untuk menyampaikan jawabannya (presentasi).
5)
Berikan
klarifikasi di akhir sessi terhadap jawaban siswa.
3.
Strategi 3
Strategi ini tidak hanya menitik
beratkan pada aspek kemampuan memahami isi bacaan, tetapi juga kemampuan untuk
mengungkapkan kembali apa yang sudah didengarnya dengan bahasa sendiri.
Langkah-langkahnya adalah:
Langkah-langkahnya adalah:
1)
Perdengarkan
nash yang sudah direkam dalam kaset atau CD.
2)
Tugaskan
kepada setiap siswa untuk mencatat kata-kata kuncinya (keyword) sambil
mendengarkan.
3)
Setelah
selesai, para siswa diminta untuk mengungkapkan kembali isi bacaan tersebut
dalam bentuk lisan atau tulisan.
4)
Mintalah setiap
siswa untuk menyampaikan (mempresentasikan) hasilnya secara bergantian.
5)
Berikan
klarifikasi terhadap hasil kerja siswa untuk memberikan penguatan terhadap
pemahaman siswa.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Menyimak
sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan keterampilan yang cukup
mendasar dalam aktivitas berkomunikasi. Berdasarkan pernyataan tersebut maka
jelas bahwa keterampilan menyimak harus dibina dan ditingkatkan karena sangat
dibutuhkan oleh manusia baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk
kepentingan lingkungan pendidikan.
Keterampilan
menyimak adalah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif.
Implikasi dalam pelaksanaan pengajaran ialah bahwa pengajar hendaknya memulai
pelajarannya dengan kegiatan lisan yaitu dengan memperdengarkan (sebaiknya
secara spontan, tidak dengan membaca) ujaran-ujaran bahasa Arab baik berupa
kata-kata maupun kalimat, setidak-tidaknya ketika guru memperkenalkan kata-kata
baru, ungkapan-ungkapan baru, atau pola kalimat baru. Manfaat dari kegiatan ini
adalah untuk membiasakan siswa mendengar ujaran dan mengenal dengan baik
tata-bunyi bahasa Arab, selain itu dapat menciptakan kondisi belajar penuh
gairah dan menumbuhkan motivasi dalam diri siswa.
Media yang dapa
digunakan dalam pengajaran keterampilan menyimak adalah compact disk, casset
recorder, peragaan, permainan bahasa, dan gambar bersambung. Adapun dari metode
yang dapat dipakai dalam pengajaran ketrampilan menyimak yaitu metode langsung,
metode audiolingual, metode ekletik, sedangkan teknik pembelajaran menyimak
memilki beberapa tahapan, tahapan pemula, tahapan menengah dan tahapan tingkat
lanjut.
B.
Saran
Seorang guru
dalam menerapkan pengajaran keterampilan menyimak hendaknya dapat memilih dan
menerapkan metode dan dan teknik yang cocok digunakan pada tingkat pemula,
menengah, dan tingkat lanjutan. Sehingga membuat peserta didik tetrtari dan
tidak bosan dalam pengjaran keterampilan menyimak (istima’).
DAFTAR PUSTAKA
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2013. Strategi Pembelajaran
Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra.
Surabaya: SIC.
Naryatmojo, Deby Luriawati. 2011. Keteramilan Menyimak. Semarang:
Unnes.
Effendy, Ahmad Fuad. 2012. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang:
MISYKAT.
Sutari, Ica; ddk. 1998. Menyimak. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Mujib, Fathul dan Nailur Rahmawati. 2012. Permainan Edukatif
Pendukung Pembelajaran Bahasa Arab (2). Jogjakarta: DIVA Press.
http://www.aristhaserenade.blogspot.com/p/keterampilan-menyimak.html (diunduh
tanggal 15/04/2015 pukul 12:46)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar