Selasa, 21 April 2015

Makalah Teknik dan Strategi Pengajaran Keterampilan Menyimak (Istima')

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Menyimak merupakan satu pengalaman belajar yang sangat penting bagi para siswa dan seyogyanya mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pengajar. Menyimak sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan ketrampilan yang cukup mendasar dalam aktivitas berkomunikasi. Dari pernyataan tersebut maka ketrampilan menyimak adalah satu bentuk ketrampilan berbahasa yang reseptif.
Implikasi dalam pelaksanaan pengajaran ialah bahwa pengajar hendaknya memulai pelajarannya dengan kegiatan lisan yaitu dengan memperdengarkan (sebaiknya secara spontan, tidak dengan membaca) ujaran-ujaran bahasa Arab baik berupa kata-kata maupun kalimat, setidak-tidaknya ketika guru memperkenalkan kata-kata baru, ungkapan-ungkapan baru, atau pola kalimat baru. Manfaat dari kegiatan ini adalah untuk membiasakan siswa mendengar ujaran dan mengenal dengan baik tata-bunyi bahasa Arab, selain itu dapat menciptakan kondisi belajar penuh gairah dan menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Hal ini sengaja ditekankan dalam kemampuan istima’ yang diharapkan siswa membaca buku teks sejak awal pelajaran.
Tujuan dari keterampilan menyimak sangatlah penting, karena tanpa kemampuan menyimak yang baik, akan terjadi banyak kesalah pahaman dalam komunikasi sesama pemakai bahasa, yang dapat mnyebabkan berbagai hambatan dalm pelaksanaan tugas dan kegiatan sehari-hari.



B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut.
1.      Apa pengertian keterampilan menyimak?
2.      Apa saja metode dan teknik pengajaran keterampilan menyimak?
3.      Media apa yang dapat digunakan dalam pengajaran keterampilan menyimak?
4.      Bagaimana praktik dari strategi dan teknik pengajaran keterampilan menyimak?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari makalah kami, sebagai berikut.
1.      Mengetahui pengertian keterampilan menyimak.
2.      Mengetahui metode dan teknik pengajaran keterampilan menyimak.
3.      Mengetahui media yang dapat digunakan dalam pengajaran keterampilan menyimak.
4.      Mengetahui praktik dari strategi dan teknik pengajaran keterampilan menyimak.









BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian dan Tujuan Pengajaran Keterampilan Menyimak
Salah satu prinsip linguistik menyatakan bahwa bahasa adalah ujaran, yakni bunyi-bunyi bahasa yang diucapkan dan bisa didengar. Atas dasar itulah beberapa ahli pengajaran bahasa dan berpandangan bahwa pengajaran bahasa sebaiknya dimulai dengan kegiatan berbahasa lisan sebelum membaca dan menulis. Menyimak merupakan satu pengalaman belajar yang amat penting bagi para siswa dan seyogyanya mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pengajar (Efendy, 2012).
Menyimak sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan keterampilan yang cukup mendasar dalam aktivitas berkomunikasi. Berdasarkan pernyataan tersebut maka jelas bahwa ketrampilan menyimak harus dibina dan ditingkatkan karena sangat dibutuhkan oleh manusia baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk kepentingan lingkungan pendidikan (Ice Sutari, 1998).
Ketrampilan menyimak adalah satu bentuk ketrampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Implikasi dalam pelaksanaan pengajaran ialah bahwa pengajar hendaknya memulai pelajarannya dengan kegiatan lisan yaitu dengan memperdengarkan (sebaiknya secara spontan, tidak dengan membaca) ujaran-ujaran bahasa Arab baik berupa kata-kata maupun kalimat, setidak-tidaknya ketika guru memperkenalkan kata-kata baru, ungkapan-ungkapan baru, atau pola kalimat baru. Manfaat dari kegiatan ini adalah untuk membiasakan siswa mendengar ujaran dan mengenal dengan baik tata-bunyi bahasa Arab, selain itu dapat menciptakan kondisi belajar penuh gairah dan menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Hal ini sengaja ditekankan dalam kemampuan istima’ yang diharapkan siswa membaca buku teks sejak awal pelajaran (Iskandarwassid, 2013).
Diperhatikan prinsip keterpaduan (takamullah) dari keempat ketrampilan yang memiliki keterpaduan, misalnya ketrampilan menyimak dengan ketrampilan menulis, ketrampilan menyimak dan berbicara. Ketrampilan menyimak ini tidak dapat dipisahkan dari ketrampilan berbicara. Keberhasilan seseorang menyimak informasi tergantung pada kelihaian pembicara menyampaikan informasi tersebut.
Langkah pertama dari kegiatan ketrampilan menyimak ialah proses psikomotorik untuk menerima gelombang suara melalui telinga dan mengirimkan impuls-impuls tersebut ke otak. Namun, proses tersebut hanyalah suatu permulaan dari su atu proses  interaktif ketika otak bereaksi terhadap impuls-impuls tadi untuk mengirimkan sejumlah mekanisme kognitif dan afektif yang berbeda.
Dalam KBM menyimak, pola KBM yang dikemukakan oleh Kemp (1977) dapat diberlakukan pada aktivitas menyimak. Berikut ini beberapa tahapannya.
1.      Identifikasi. Peserta didik mempersepsi bunyi-buni dan frase-frase dengan mengidentifikasi unsur-unsur ini secara langsung dan holistik terhadap artinya.
2.      Identifikasi dan seleksi tanpa retensi. Peserta didik mendengarkan untuk kesengan memahami, menyarikan sekuen, tanpa dituntut untuk mendemonstrasikan pemahaman melalui penggunaan bahasa secara aktif.
3.      Identifikasi dan seleksi terarah dengan retensi pendek/ terbatas. Peserta didik diberi beberapa indikator terlebih dahulu tentang hal-hal yang didengar atau disimak, mereka mendemonstrasikan pemahamannya secara langsung dalam beberapa cara yang aktif.
4.      Identifikasi dan seleksi dengan retensi yang memerlukan waktu yang panjang.
Strategi pembelajaran keterampilan menyimak berkembang terutama dalam pengajaran bahasa asing. Munculnya teknologi perekaman seperti kaset, CD, video, dan lain-lain, meningkatkan kemajuan pemberian materi ajar menyimak. Dalam pengajaran bahasa Indonesia, tampaknya strategi belajar menyimak masih berkutat dengan pola lama, yaitu peserta didik mendengar dan berupaya menjawab apa yang dijelaskan oleh pengajar.
Unsur yang sangat penting dan fundamental dalam semua interaksi adalah keterampilan untuk memahami apa yang dikatakan atau diucapakan oleh orang lain atau pembicara. Dalam kehidupan barnahasa sehari-hari, sering kita jumpai pendengar-pendengar yang kurang terampil, baik dalam bahasa ibu maupun bahasa kedua; mungkin karena perhatian kurang terpusat, egosentrisme, ataupun karena sifat kenangan lewat pendengaran yang singkat, padahal kebanyakan orang dewasa diperkirakan telah menggunakan waktu dalam aktivitas komunikasi: 45% digunakan untuk mendengarkan, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan hanya 9% untuk menulis.
Dalam situasi kehidupan  sehari-hari banyak orang yang menjadi terampil, baik dalam bahasa pertama maupun bahasa kedua, dalam memahami register-register bahasa variasi dialek, dan kemajemukan struktur, tetapi mereka tidak menghasilkannya sendiri dalam wicara. Dalam hubungan inilah para peserta didik harus diberi dorongan dan kesempatan untuk menerima pengalaman dalam kehidupan berbahasa yang nyata, dan menerima latihan-latihan yang sesuai bagi masing-masing individu dengan materi yang efektif dan praktis serta menyenangkan.
Sebenarnya mendengarkan memahami itu bukan merupakan suatu proses yang pasif, melainkan suatu proses yang aktif dalam mengontruksikan suatu pesan dari suatu arus bunyi yang diketahui orang sebagai potensi-potensi fonologis, semantik, dan sintaksis suatu bahasa. Dalam proses tersebut dapat dibedakan dua aspek tujuan menyimak, yaitu:
a.    Persepsi, yakni ciri kognitif dari proses mendengarkan yang didasarkan pada pemahaman pengetahuan tentang kaidah-kaidah kebahasaan;
b.    Resepsi, yakni pemahaman pesan atau penafsiran pesan yang dikehendaki oleh pembicara (Iskandarwassid, 2014).
Dalam buku Keterampilan Menyimak karya Deby Luriawati Naryatmojo (2011) terdapat dua aspek tujuan menyimak yang perlu diperhatikan, yaitu adanya pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pertama pesan pembicara, dan kedua pesan itu sesuai dengan kehendak pembicara. Berdasarkan dua aspek menyimak tersebut dapat diperinci lagi tentang tujuan menyimak sebagai berikut ini.
1.    Mendapatkan fakta
2.    Menganalisis fakta
3.    Mengevaluasi fakta
4.    Mendapatkan inspirasi
5.    Mendapatkan hiburan
6.    Memperbaiki kemampuan berbicara (Deby, 2011)

B.     Media Pengajaran Keterampilan Menyimak
1.      Compact Disk (CD)
Compact disk merupakan media yang sangat penting dalam pembelajaran keterampilan menyimak, karena benda ini dapat diisi dengan beberapa bentuk software sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh guru. Sebagai contoh materi pembelajaran menyimak yang dapat dimasukkan kedalam media ini seperti, film, drama, pidato, iklan, lagu-lagu atau bentuk siaran lain.
2.      Casset Recorder
Casset Recorder merupakan media yang sudah lama digunakan dalam pembelajaran keterampilan menyimak, akan tetapi media ini hanya terbatas untuk materi-materi tertentu tidak se fleksibel compact disk. Kekurangan media ini tidak dapat menampilkan dalam bentuk gambar.
3.      Peragaan
Peragaan merupakan media yang dapat membantu siswa dalam memahami teks yang didengar siswa, disamping itu dapat pula memberikan penguatan terhadap makna yang terkandung dalam teks tersebut. Peragaan yang dimaksud adalah : gerakan badan, isyarat, mimik wajah atau bentuk yang lainnya.
4.      Permainan Bahasa
Ada beberapa permainan bahasa yang dapat digunakan dalam mengajarkan keterampilan menyimak seperti : bisik berantai (al asror al mutastalstil), perintah bersyarat, siapa yang berbicara (man al mutahadist), bagaimana saya pergi. 
5.      Gambar Bersambung
Gambar bersambung merupakan kumpulan gambar yang menunjuk satu peristiwa yang utuh. Gambar tersebut bisa dalam bentuk kartu yang terpisah, atau dalam satu lembaran yang utuh. Cara menggunakannya bisa satu satu atau sekaligus ditunjukkan kepada siswa.
       
C.  Metode dan Teknik-teknik Pengajaran Keterampilan Menyimak
Metode pengajaran keterampilan menyimak adalah suatu rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan dalam pengajaran keterampilan menyimak. Adapun metode-metode dalam pengajaran keterampilan menyimak (istima’) antara lain:
1.    Metode Langsung
Metode ini dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses belajar bahasa kedua atau bahasa asing sama dengan bahasa ibu yaitu dengan penggunaan bahasa secara langsung dan intensif dalam komunikasi, dan dengan menyimak dan berbicara, sedangkan mengarang dan membaca dikembangkan kemudian. Oleh karena itu pelajar harus dibiasakan berfikir dalam bahasa target dan penggunaan bahasa pelajar dihindari sama sekali.
2.    Metode Audiolingual
Metode didasarkan atas beberapa asumsi antara lain bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran oleh karena itu pengajaran bahasa harus dimulai dengan memperdengarkan bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk kata atau kalimat kemudian mengucapkannya bahwa sebelum pelajaran membaca dan menulis. Tujuan pengajarannya adalah penguasaan empat keterampilan berbahasa secara seimbang, dan urutan penyajiannya yaitu menyimak dan berbicara baru kemudian membaca dan menulis. Penggunaan bahan rekaman, laboratorium bahasa dan visual aids sangat dibutuhkan.
Langkah-langkah penyajian:
a)         Penyajian dialog atau bacaan pendek dengan cara guru membacanya berulang kali dan pelajar menyimak tanpa melihat teks.
b)        Peniruan dan penghafalan dialog atau bacaan pendek dengan teknik menirukan bacaan guru, kalimat per kalimat secara klasikal sambil menghafalkan kalimat-kalimat tersebut.
c)         Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog atau bacaan pendek terutama yang dianggap sukar karena terdapat dtruktur atau ungkapan berbeda dengan struktur dalam bahasa ibu pelajar.
d)        Dramatisasi bacaan pendek atau dialog yang sudah dilatihkan.
e)         Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola kalimat yang sudah dipelajari.

3.    Metode Ekletik
Metode eklektik ini bisa menjadi metode yang ideal apabila didukung oleh penguasaan guru secara memadai terhadap berbagai macam metode, sehingga dapat mengambil secara tepat segi-segi kekuatan dari setiap metode dan menyesuaikannya sesuai dengan kebutuhan program pengajaran yang ditanganinya, kemudian secara proposional (Effendy, 2012).
Beberapa teknik yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak, antara lain adalah teknik loci, teknik penggabungan, dan teknik fonetik.
a.    Teknik Loci
Teknik loci pada dasarnya memberikan cara mengingat pesan dengan memvisualisasikan dalam benak penyimak tentang materi yang harus diingat. Teknik loci dilakukan dengan mempelajari urutan informasi lain yang serupa, mempelajari lokasi-lokasi yang ada disekitar, dan mencocokkan hal-hal yang akan diingat dengan lokasi-lokasi tersebut.
b.   Teknik penggabungan/ link System
Teknik ini memberikan gagasan tentang cara mengingat, yaitu dengan menghubungkan/ menggabungkan pesan pertama yang akan diingat dengan pesan kedua, ketiga dan seterusnya. Pesan berantai ini dihubungkan pula dengan imajinasi tertentu yang perlu divisualisasikan secara jelas dalam pikiran. Untuk mencegah terjadinya kelupaan pada pesan pertama (pesan yang akan dimatarantaikan), perlu menghubungkan pesan pertama dengan lokasi yang akan mengingatkan pada item tersebut.
c.    Teknik Fonetik
Sistem ini lebih kompleks karena melibatkan penggabungkan angka, bunyi fonetis, kata-kata yang mewakili bilangan dan bunyi dengan pesan yang akan diingat. Sistem ini disusun dalam beberapa tahapan langkah, yaitu:
1.    Mempelajari penggabungan antar bilangan dan sepuluh huruf bunyi-bunyi fonetis (yang hanya terdiri dari huruf-huruf konsonan).
2.    Membentuk dan mempelajari kata-kata yang berhubungan dengan bilangan.
3.    Membentuk imajinasi visual yang kuat untuk masing-masing kata yang menghubungan dengan bilangan.
4.    Membentuk penggabungan visual dengan masing-masing kata yang terbentuk dan kata-kata yang divisualisasikan.
d.   Akronim dan Akrostik
Cara lain untuk meningkatkan kemampuan mengingat adalah dengan metode mnemonic device atau trik memori. Mnemonic device ini berupa akronim dan akrostik dari item yang akan diingat. Contoh-contoh dari akronim adalah IKIP (Institut Keguruan lmu Pendidikan). Adapun contoh dari akrostik ialah “mejikuhibiniu” yaitu akrostik dari warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
e.    Teknik Pengelompokan Kategoril
Pengelompokan kategorial adalah suatu teknik pengorganisasian yang dapat digunakan ssecara sistematis untuk memodivikasi informasi baru dengan cara memberikan struktur baru pada informasi-informasi tersebut. Misalnya penyimak akan mengingat atau menghafal pesan tentang mawar, jingga, rusa, melati, hijau dan sapi, maka penyimak dapat mengelompokan kata-kata tersebut berdasarkan kategorinya yaitu mawar dan melati, jingga dan hijau, serta sapi dan rusa.
f.    Teknik Pemenggalan
Teknik ini memberikan cara mengingat pesan engan cara memenggal pesan-pesan yang panjang. Misalnya apabila seseorang mendengar orang membuktikan nomor telpon, 8507080 agar mudah mengingatnya dapat dipenggal 850-70-80 (Ice Sutari, 1998).
Permasalahan penting lainnya yang dirasakan oleh penyimak ialah bukan terletak pada bagaimana meningkatkan kemampuan memorinya secara gramatikal atau kemampuan mengingat angka-angka melainkan bagaimana mengingat nama-nama. Meskipun tidak ada teknik-teknik khusus untuk mengingat nama-nama, ada beberapa tahapan dan strategi yang dapat diambil untuk mengingat nama-nama secara lebih efektif. Langkah-langkah tersebut adalah :
-          Menyimak atau memperhatikan
-          Mengulang atau melatih
-          Menggabungkan dan memvisualkan imaji-imaji berdasarkan apa-apa yang telah kita pelajari pada peningkatan kemampuan memori.
Keefektifan teknik memori yang ditampilkan pada bagian ini didukung oleh adanya hasil-hasil temuan eksperimen, baik dari laboratorium. Namun apabila tekhnik-tekhnik tersebut tidak dilatihkan terlebih dahulu, seseorang tidak akan mampu menggunakan tekhnik tersebut secara spontan melainkan harus melalui beberapa uji coba. Jadi peningkatan kemampuan mengingat akan sepenuhnya bergantung pada tekhnik memori dan kreatifitas dari orang yang berkepentingan (Ice Sutari, 1998).
            Iskandarwassid dalam bukunya Strategi Pembelajaran Bahasa (2013) menyebutkan bahwa teknik-teknik pembelajaran keterampilan menyimak memiliki beberapa tahapan. Untuk teknik pembelajaran keterampilan menyimak bagi tingkat pemula dapat dilakukan teknik sebagai berikut.
·      Demonstrasi
·      Dikte
·      Permainan kartu kata
·      Wawancara
·      Permainan memori
·      Biografi
·      Manajemen kelas
·      Kisah diri
·      Permainan telepon

Untuk tingkat menengah, teknik yang dapat digunakan adalah :
·      Demonstrasi
·      Imajinasi musik
·      Biografi
·      Peta drama pendek
·      Wawancara
·      Permainan kartu kata
·      Ksiah diri
·      Permainan telepon
·      Percakapan satu pihak (monolog)
·      Dikte
·      Pesan tercatat
·      Pidato pendek
Untuk tingkatan yang lebih tinggi yaitu; tingkat lanjut, teknik-teknik keterampialn menyimak dapat dilakukan dengan teknik:
·      Demonstrasi
·      Biografi
·      Kisah diri
·      Peta drama
·      Wawancara
·      Percakapan satu pihak
·      Alternatif
·      Dikte
·      Permainan kartu kata
·      Pesan tercatat
·      Peta cerita
·      Talkshow
·      Pidato
·      Melengkapi cerita
·      Testimoni
Adapun teknik dalam proses pembelajaran ketrampilan menyimak dapat dibagi dalam empat tahapan (Munir, 2006: 158) dalam Fathul Mujib (2012). Di antaranya adalah sebagai berikut.
1.      At-taqdim
At-taqdim adalah tahapan yang dilalui seorang guru bahasa Arab dalam menyampaikan materi. Teknik ini menekankan pada aspek melafalkan bunyi huruf secara fasih, baik dari aspek makhraj maupun sifat, baik bunyi huruf hidup maupun mati, dengan gaya pengungkapan huruf secara tepat.
2.      Al-Muhakah wat Tikrar
Al-Muhakah wat Tikrar adalah tahapan dimana seorang guru bahasa Arab melatih istima’ dengan cara menyampaikan ungkapan-ungkapan bunyi huruf, lalu diikuti oleh semua peserta didik.
3.      At-tamayyuz
Tahapan ini pada dasarnya merupakan bentuk detail dari tahap sebelumnya, yaitu tahap pemvelajaran yang lebih menekankan pada aspek memahami karakteristik bunyi huruf secara baik.
4.      Al-Isti’mal
Strategi alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran keterampilan ashwat dan mendengar, di antaranya adalah dengar-ulang-ucap, dengar-tulis, dan dengar-kerjakan.

D.    Mempraktikkan Strategi dengan Teknik Pengajaran Keterampilan Menyimak
1.   Menyimak Berita
Bertujuan supaya siswa dapat memahami dan memaknai berita yang didengarnya dengan cermat, cepat dan tepat. Siswa mendengarkan radio berita radio atau tv atau rekaman.
Alat yang digunakan: kaset berita, rekaman, tape recorder, dan tv.
Kegiatan dapat dilaksanakan secara perseorangan maupu kelompok
Cara pelaksanaan:
1)      Guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu.
2)      Perdengarkanlah berita radio, tv, atau rekaman.
3)      Siswa mencermati isi berita tersebu.
4)      Siswa menuliskan isi berita yang didengarnya.
5)      Siswa secara berkelompok mengidentifikasikan berita berdasarkan tempat, pelaku (siapa dengan siapa), waktu, tentang apa, mengapa, bagaimana dan bermakna apa.
6)      Siswa mendiskusikan hasil identifikasi ke dalam kelompok.
7)      Siswa melaporkan hasil diskusi tersebut didepan kelas dan kelompok lain memberikan penilaian.
8)      Siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.

2.      Menyimak Pidato  
Bertujuan supaya siswa mampu mendengarkan pidato dalam waktu yang lama. Siswa dapat mendengarkan pidato secara langsung maupun melalui kaset dalam waktu 1 sampai dengan 2 jam berturut-turut. Konsentrasi siswa tetap utuh meskipun dalam waktu yang lama.
Alat yang digunakan: kaset pidato dan tape recorder, teks pidato, dan lembar folio kosong untuk catatan.
Kegiatan dilakasanakan secara perseorangan.
Teknik pelaksanaan:
Caranya yaitu: (1) guru memberikan pengantar singkat tentang teknik pelaksanaan pembelajaran hari itu, (2) siswa duduk dengan seksama dalam posisi siap mendengarkan sambil menyiapkan alat tulisnya, (3) siswa mendengarkan rekaman pidato resmi seseorang tokoh (bupati, walikota, gubernur, menteri, presiden atau siapa saja yang dianggap tokoh) dari kaset yang diputar, (4) setelah pidato selesai, siswa menuliskan secara singkat hal-hal yang mereka dengarkan (menulskan kembali secara ringkas), (5) siswa membentuk kelompok untuk saling mendiskusikan hasil ringkasan pidato yang dibuat masing-masing, (6) wakil kelompok menyampaikan hasil diskusi didepan kelas siswa lainnya menanggapi, (7) siswa secara perseorangan menjawab pertanyaan yang disodorkan guru berkaitan dengan isi pidato, (8) siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.
3.      Menyimak Debat
Bertujuan supaya siswa dapat menyimak sebuah perdebatan yang ditunjukkan melalui penyimpulan kelompok mana yang paling bagus tampilannya ditinjau dari kedalaman isi, keruntutan bahasa, dan tingkat komunikatifnya.
Alat yang digunakan: format isian
Kegiatan dapat dilakukan secara perseorangan maupun kelompok.
Cara pelaksanaan:
1)   Guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu.
2)   Siswa menyimak jalannya debat dan mencata hal-hal yang penting.
3)   Siswa mempresentasikan hasil penilaian jalannya debat.
4)   Kelompok lain memberi tanggapan tentang pendapat temanya.
5)   Guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.


4.      Menyimak Cerita
Bertujuan supaya siswa dapat memaknai dengan cermat, cepat, dan tepat tentang cerita yang didengarnya. Siswa mendengarkan cerita yang diputarkan dan dilisankan.
Alat yang digunakan: kaset cerita atau tape recorder.
Kegiatan teknik pembalajarn ini dapat dilaksanakan secara perseorangan  maupun kelompok.
Cara pelaksanaan:  (1) guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu, (2) putarkanlah kasset cerita yang cocok dengan siswa, (3) siswa mendengarkan cerita yang telah diputar tersebut, (4) siswa secara berkelompok mengidintefikasikan cerita berdasarkan tempat, pelaku, waktu, tentang apa, mengapa,bagaimana, dan bermakna apa, (5) siswa mendiskusikan hasil identifikasi ke dalam kelompok, (6)siswa melaporkan hasil diskusi tersebut didepan kelas dan kelompok lain memberikan penilaian, (7) siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.
5.      Menyimak Berantai
Bertujuan supaya siswa dapat memahami informasi yang dibisikkan oleh temannya dengan cermat, cepat dan tepat. Siswa mendengarkan informasi yang disampaikan teman kemudian menyampaikan informasi yang didengar ke teman sebelahnya secara berantai dalam kelompok.
Alat yang digunakan: catatan informasi singkat, panjang, dan tidak beraturan (ada tiga catatan informasi yang direkayasa).
Kegiatan teknik pembelajaran ini dapat dilaksanakan setara kelompok.
Cara pelaksanaan:
1.      Guru memberikan pengantar singkat tentang pelakasanaan teknik pembelajaran hari itu.
2.      Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok dengan per anggota per kelompok sama jumlahnya.
3.      Siswa dalam kelompok diatur dengan berjajar kesamping atau kebelakang.
4.      Setelah posisi siswa sesuai dengan yang diharapkan, guru memanggil siswa yang paling depan atau paling kanan atau kiri untuk membawa catatan informasi yang ditunjukkan guru secara rahasia.
5.      Siswa yang menerima informasi tersebut secara cepat membisikkan informasi ke teman belakangnya atau sampingnya (berdasarkan posisi kelompok).
6.      Secara berantai siswa membisikkan informasi ke teman berikutnya secara bergantian.
7.      Siswa yang paling belakang mengucapkan dengan keras informasi yang diterimanya dari teman depannya.
8.      Siswa depan mencocokkan dengan informasi yang asli.
9.      Guru dapat mengulang dengan informasi yang berjenis-jenis (beberapa informasi) kedalam satu kelompok secara bertahap.
10.  Siswa menyimpulkan tentang kegiatan yang baru mereka laksanakan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu (Suyatno, 2004).
Beberapa strategi yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran istima’  (menyimak) dalam pembelajaran bahasa Arab, antara lain:
1.    Strategi 1 (True or False)
Strategi ini bertujuan untuk melatih kemampuan mendengarkan bacaan dan memahami isi bacaannya secara global. Dalam strategi ini yang dibutuhkan adalah rekaman bacaan dan potongan-potongan teks yang terkait dengan isi bacaan tersebut untuk dibagikan kepada siswa.
Langkah-langkahnya adalah:
1)   Bagikan potongan-potongan teks yang dilengkapi dengan alternatif jawaban benar atau salah (B/S).
2)   Perdengarkan bacaan atau nash lewat kaset atau CD dan para siswa ditugaskan untuk menangkap isi bacaan secara umum.
3)   Setelah bacaan selesai, para siswa diminta membaca pernyataan-pernyataan yang telah dibagikan, kemudian memberikan jawaban benar atau salah terhadap pernyataan tersebut. Jika pernyataan tersebut sesuai dengan isi bacaan yang didengar, berarti benar, dan jika tidak sesuai maka jawabannya salah.
4)   Mintalah masing-masing siswa untuk menyampaikan jawabannya.
5)   Perdengarkan sekali lagi kaset tersebut agar masing-masing siswa dapat mencocokkan kembali jawaban yang telah ditulisnya.
6)   Berikanlah klarifikasi terhadap semua jawaban tersebut agar semua siswa mengetahui kebenaran dari jawaban mereka masing-masing.
2.    Strategi 2
Strategi ini lebih menekankan pada aspek kemampuan memahami isi bacaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengiringi dalam setiap bacaan tersebut.
Langkah-langkahnya adalah:
1)   Perdengarkan nash yang sudah direkam dalam kaset maupun CD.
2)   Mintalah semua siswa untuk mendengarkan dan mencatat hal-hal yang penting.
3)   Mintalah semua siswa untuk menjawab soal-soal yang disampaikan pada akhir bacaan tersebut. Jawaban dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis.
4)   Mintalah masing-masing siswa untuk menyampaikan jawabannya (presentasi).
5)   Berikan klarifikasi di akhir sessi terhadap jawaban siswa.
3.    Strategi 3
Strategi ini tidak hanya menitik beratkan pada aspek kemampuan memahami isi bacaan, tetapi juga kemampuan untuk mengungkapkan kembali apa yang sudah didengarnya dengan bahasa sendiri.
Langkah-langkahnya adalah:
1)   Perdengarkan nash yang sudah direkam dalam kaset atau CD.
2)   Tugaskan kepada setiap siswa untuk mencatat kata-kata kuncinya (keyword) sambil mendengarkan.
3)   Setelah selesai, para siswa diminta untuk mengungkapkan kembali isi bacaan tersebut dalam bentuk lisan atau tulisan.
4)   Mintalah setiap siswa untuk menyampaikan (mempresentasikan) hasilnya secara bergantian.
5)   Berikan klarifikasi terhadap hasil kerja siswa untuk memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa.























BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Menyimak sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan keterampilan yang cukup mendasar dalam aktivitas berkomunikasi. Berdasarkan pernyataan tersebut maka jelas bahwa keterampilan menyimak harus dibina dan ditingkatkan karena sangat dibutuhkan oleh manusia baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk kepentingan lingkungan pendidikan.
Keterampilan menyimak adalah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Implikasi dalam pelaksanaan pengajaran ialah bahwa pengajar hendaknya memulai pelajarannya dengan kegiatan lisan yaitu dengan memperdengarkan (sebaiknya secara spontan, tidak dengan membaca) ujaran-ujaran bahasa Arab baik berupa kata-kata maupun kalimat, setidak-tidaknya ketika guru memperkenalkan kata-kata baru, ungkapan-ungkapan baru, atau pola kalimat baru. Manfaat dari kegiatan ini adalah untuk membiasakan siswa mendengar ujaran dan mengenal dengan baik tata-bunyi bahasa Arab, selain itu dapat menciptakan kondisi belajar penuh gairah dan menumbuhkan motivasi dalam diri siswa.
Media yang dapa digunakan dalam pengajaran keterampilan menyimak adalah compact disk, casset recorder, peragaan, permainan bahasa, dan gambar bersambung. Adapun dari metode yang dapat dipakai dalam pengajaran ketrampilan menyimak yaitu metode langsung, metode audiolingual, metode ekletik, sedangkan teknik pembelajaran menyimak memilki beberapa tahapan, tahapan pemula, tahapan menengah dan tahapan tingkat lanjut.

B.     Saran
Seorang guru dalam menerapkan pengajaran keterampilan menyimak hendaknya dapat memilih dan menerapkan metode dan dan teknik yang cocok digunakan pada tingkat pemula, menengah, dan tingkat lanjutan. Sehingga membuat peserta didik tetrtari dan tidak bosan dalam pengjaran keterampilan menyimak (istima’).












DAFTAR PUSTAKA

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2013. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.
Naryatmojo, Deby Luriawati. 2011. Keteramilan Menyimak. Semarang: Unnes.
Effendy, Ahmad Fuad. 2012. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: MISYKAT.
Sutari, Ica; ddk. 1998. Menyimak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mujib, Fathul dan Nailur Rahmawati. 2012. Permainan Edukatif Pendukung Pembelajaran Bahasa Arab (2). Jogjakarta: DIVA Press.


                                                                                                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar