Minggu, 12 Januari 2014

Bintang


Bintangku

Kala senja menjelma malam
Ku tatap langit di bawah naungan Sang Pencipta
Diiringi henbusan angin
Yang mengiringi kesunyian malamku
Di sanalah ku melihat
Suatu cahaya yang berkedip
Kilaunya bagaikan intan berlian
Kau begitu indah dan sangat memesona
Kau mampu menghiasi kegelapan malam
Kaulah yang membangunkanku
Kaulah bintangku

Bintang...
Akankah kau selalu menemaniku
Dikala ku sepi?
Akankah kau selalu memancarkan keindahanmu
Dikala sedihku?
Namun ku tersadar
Kau menghilang disaat fajar datang
Walaupun kau selalu datang dan pergi
Kau tetap menjadi bintangku
           
                                                                   Cirebon, 29 Juni 2010

Harapku


Harapku

Malam bersaksi atas kehampaanku
Siang berhayal atas keadaanku
Bulanpun ikut bersedih menemaniku
Disetiap sudut jendela hatiku
Kau yang di sana…
Ku berharap hatimu menghampiriku
Mengisi ruang hidupku
Menyinari gelap malamku
Bersenandung di antara henbusan angin
Yang sesekali menusuk igaku
Ku hanya bisa merenung
Ku hanya bisa berhayal
Dan ku hanya bisa barharap
Karena dirimulah yang paling berarti

                                                                             Cirebon, 2 April 2010

Jumat, 10 Januari 2014

Le France


Ma Famille
Je m’appelle Nur Afifah. J’ai 17 ans. Je viens de Pekalongan. Je suis lycéenne a SMA 1 Kajen Classe XII IPA 1. J’habite à Talun. J’aime lire la nouvelle parce que c’est intéressant. Je serai le professeur d’arabe, parce que je l’aime.
J’ai la grande famille. Mes grands-parents de ma mère s’appellent Sutono et Dausri. Ils ont trois filles et un fils s’appellent Siti Yulaila, Sri Endah, Kunarni ( Ma Mère ) et Sutaris. Mes grands-parents de mon père sont morts. Ils s’appellent Warjiun et tariyah. Ils ont deux fils et un fille qui s’appellent Karnap, Surono Abdurohman ( Mon Père ) et Raami.
J’ai trois cousins et trois cousines. Ils s’appellent Ahmad Fauzi, Dwi Widianto, Dian Tri Imawan, Nurul Karomah, Chusna Widyah Rini et Dewi Aprilia.
Maintenant, je vais recontere mes parents et ma sœur. Mon père s’appelle Surono Abdurohman. Il est fermier. Il a 49 ans. Il aime manger. Le soir jusqu’ à nuit. Il va à mosquée pour enseigner lire alquran.
Ma mère s’appelle Kunarni. Elle est le professeur à TK Bina Asih Talun. Elle a 39 ans. Elle aime suivre organisation a societe et elle aime cuisiner. Bien que la cuisine c’est simple, mois je suis sinter délicieux. Elle est aimable.
J’ai une sœur qui s’appelle Lailatul Rizkiyah. Elle a 11 ans. Elle est lycéenne a SD Sengare 03 classe 5. Elle aime chanter. Bien que elle est petit, mois elle est intelligent a lire alquran.
Merci....

OTOBIOGRAFI


OTOBIOGRAFI

Nama saya Nur Afifah lahir di Pekalongan, 14 Juni 1995. Saya anak pertama dari dua bersaudara. Ayah saya seorang petani dan ibu saya seorang guru yang selalu menyayangi saya sejak kecil. Saya dibesarkan di desa Sengare Talun yang jauh dari kata modern.
Pada umur 5 tahun saya sudah ingin masuk Sekolah Dasar. Namun ketika ibu saya mendaftarkan saya, kepala sekolahnya menolak karena saya masih terlalu dini. Semua itu tidak memadamkan semangat saya untuk tetap berangkat sekolah dipagi hari dengan cara mengikuti kakak sepupu. Berhubung di daerah tempat tinggal saya belum ada TK, setiap sore saya sekolah di TPQ Darul Muta’allimin. Dan saya sering menjadi juara kelas.
Tepat umur 6 tahun saya diterima menjadi siswa SD Sengare 03. Saya Mempunyai banyak teman  yang sangat baik. Setiap pulang sekolah kami biasanya bermain sambil belajar. Biasanya kami bermain sekolah-sekolahan. Dengan semangat 45 saya bersedia menjadi guru dan seolah-olah mengajar murid-muridnya. Karena dari dulu menjadi dosen atau guru adalah cita-cita yang timbul  dari lubuk hati yang paling dalam.
Selama di SD, saya diajarkan berbagai pengetahuan umum. Seperti Matematika, bahasa (jawa,Indonesia,Inggris) dan sebagainya. Tidak hanya pengetahuan umum, saya juga dibekali oleh pengetahuan sosial.
Saya terlahir dengan kulit kuning dan mata sipit kecoklatan. Dan saya paling beda diantara keluarga saya sehingga banyak yang mengejek saya kalo saya anak dapat dari jalan dan mirip dengan orang lewat. Tetapi saya anak yang aktif bermain dengan tetangga jadi saya anggap ejekan itu hanya candaan. Saya selalu diperhatikan oleh orang tua saya. Tiap tengah hari kalo belum makan pasti saya dicari sampai ketemu.
Pada umur 12 tahun saya melanjutkan sekolah di MTs. Al-Hilal Tegalgubug. Saya sekolah sekalian tinggal di pondok pesantren. Sebenarnya semua itu bukan kemauan saya karena saya ingin sekali sekolah di daerah tempat tinggal sendiri. Namun entah mengapa akhirnya saya mau juga mesantren. Sedih banget rasanya lulus SD langsung pisah dengan orang tua. Semua itu untuk kebaikan saya juga. Setiap malam mau tidur selalu terbayang wajah ibu dan pasti hanya tetesan air matalah yang menemani tidurku. Setelah beberapa bulan di pesantren akhirnya saya baru sadar betapa kemandirian itu sangat luar biasa. Dari rumah saya tidak bisa menyuci baju namun berkat di pesantern saya jadi terbiasa melakukan semuanya sendiri.
Saya mendapatkan banyak teman dari berbagai daerah. Ada yang dari Karawang, Subang, Indramayu, Jakarta, Pemalang, Tegal, dll. Saya termasuk santri terkecil di Ponpes Baitul Hikmah. Maka dari itu banyak kakak-kakak yang sangat menyayangi saya dan membantu semua kebutuhan saya. Banyak hal yang saya dapatkan di pesantren terutama belajar memperdalam ilmu agama dan memahami arti kehidupan yang sesungguhnya. Di Mts. saya sudah mulai mengenal lawan jenis. Kadang timbul rasa suka sesama teman. Mungkin itu yang dinamakan Cinta Monyet.
Lulus dari MTs. saya berkeinginan untuk kembali ke daerah asal dan melanjutkan sekolah negeri di SMA 1 Kajen. Alhamdulillah saya ditrima di SMA 1 Kajen yang katanya merupakan SMA favorit di Kabupaten Pekalongan. Di sana saya diajarkan ilmu pengetahuan mulai dari yang umum sampai yang khusus. Baru kali ini saya bertemu dengan guru Matematika yang amat tidak saya suka cara mengajarnya. Beliau bernama Bapak Eko Prawito. Cara penyampaian materi menggunakan Bahasa Inggris sehingga membuat saya semakin tidak paham. Namun beliau sangat sabar dan perhatian dengan murid. Setiap beliau melontarkan pertanyaan kepada saya pasti hanya saya balas dengan senyum dan gelengan kepala. Beliau sampai hafal dengan kebiasaan saya tersebut. Sehingga semua itu membuat kesan tersendiri. Dan menginspirasi saya untuk tetap berusaha dan tidak menyerah.
Saya mendapatkan teman-teman baru yang sangat luar biasa. Saya juga tinggal di pondok pesantren tepatnya di Ponpes Tahfidzul Quran Asy-syifaa. Saya aktif diorganisasi PMR dan saya sering mengikuti lomba-lomba yang diadakan oleh PMI. Alhamdulillah SMA 1 Kajen sering mendapatkan juara. Karena kesibukan saya diorganisasi saya jadi sering pulang sore dan dimarahi pengurus pondok pesantren. Hal itu membuat rasa tidak betah dan ingin pindah ke kos. Atas restu orang tua beserta Bapak Kyai saya pindah ke kos dengan syarat setiap malam harus tetap mengaji di pondok.
Dari dulu saya ingin hidup di Semarang dengan kata lain saya ingin kuliah di Semarang. Prinsip saya dimanapun sekolahnya asalkan bertempat di daerah Semarang. Atas izin Allah saya diterima di Universitas Negeri Semarang jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Dan selama kuliah saya kerja sampingan dengan membuka les privat mengaji. Saya lulus dengan gelar S.Pd.
Lulus S1 Unnes saya mencoba mendaftar beasiswa kuliah S2 di Al-Azhar University Cairo. Di sana saya menyelesaikan studi selama 2 tahun. Pengalaman baru saya dapatkan dari sana. Mulai dari perbedaan kebudayaan sampai paham-paham yang berbeda dengan Indonesia.  Ternyata Al-azhar sama halnya dengan pondok pesantren modern. Di sana diajarkan pendalaman ilmu agama terutama ketauhidan. Bahasa sehari-hari menggunakan Bahasa Arab sehingga sangat cocok dengan jurusan yang saya ambil. Saya kembali ke Tanah Air dengan gelar Nur Afifah S.Pd,Lc
Pada umur 25 tahun saya mulai bekerja sebagai dosen Sastra dan Bahasa Arab di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Cita-cita yang saya  impikan sejak kecil akhirnya tercapai dimasa sekarang. Dan sejak saat itu saya mulai memikirkan masa depan saya untuk mencari seorang imam sebagai pendamping hidup. Dan saya dipertemukan dengan seseorang yang sangat menyayangi saya. Dia bernama Mochamad Ganang Al Wildan. Saya menjalin ikatan suci dengan dia pada tanggal 20 Februari 2020. Kami diberi rizki oleh Allah seorang bayi cantik yang kita namakan  Adinda Aurora Afdana. Suami saya bekerja sebagai Manager disalah satu perusahaan swasta di Yogyakarta.
Umur 30 tahun saya dan suami menunaikan kewajiban rukun islam yang kelima yaitu ibadah ke Tanah suci. Ternyata semua itu adalah rencana yang sudah ditakdirkan Allah. Indah pada waktunya. Semua ihtiar saya selama ini tidak sia-sia dan tak lupa selalu mengucap syukron katsiran.