Rabu, 03 Desember 2014

Makalah Bimbingan dan Konseling


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Secara umum bimbingan konseling telah memiliki kedudukan yang sangat kuat. Setiap lembaga pendidikan selayanknya memiliki unit bimbingan dan konseling, dalam upaya optimalisasi potensi pendidikan. Bimbingan konseling merupakan serangkaian program layanan yang diberikan kepada peserta didik agar mereka mampu berkembang lebih baik. Bimbingan konseling dilaksanakan disekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar, bahkan pra sekolah sampai dengan tingkat tinggi.
Namun, pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah diselenggarakan dengan pola yang tidak  jelas, ketidak jelasan pola yang harus diterapkan berdampak pada buruknya citra bimbingan dan konseling, sehingga melahirkan miskonsepsi terhadap pelaksanaan BK, munculnya persepsi negatif terhadap pelaksanaan BK.
Bimbingan adalah proses bantuan kepada seseorang agar ia mampu memahami diri, menyesuaikan diri, dan mengembangkan diri sehingga mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia. Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara oleh seorang konselor terhadap individu guna mengatasi masalah atau mengoptimalisasi potensi yang dimiliki.
Inti dari layanan bimbingan konseling adalah pengembangan diri. Mengatasi masalah adalah bagian kecil. Dengan demikian seluruh peserta didik berhak mendapatkan layanan guna optimalisasi potensi. Pada umumnya fungsi bimbingan konseling yang banyak dilakukan adalah fungsi penyembuhan sesungguhnya fungsi bimbingna konseling yang paling utama adalah pengembangan, yakni mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh individu. Bimbingan berpusat pada diri individu, berdasarkan pada kemampuan dan kebutuhan individu agar ia mampu mengatasi dirinya sendiri dan mengembangkan segenap kemampuan yang dimiliki.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut.
1.    Bagaimana latar belakang psikologis, sosial budaya, dan pedagogis dari BK?
2.    Bagaimana kedudukan BK di sekolah?
3.    Apa keunikan dan keterkaitan tugas guru dan konselor?
4.    Apa saja bidang-bidang pelayanan di sekolah?

C.  Tujuan
Adapun tujuan dari makalah kami, antara lain sebagai berikut.
1.    Mengetahui latar belakang psikologis, sosial budaya, dan pedagogis dari BK
2.    Mengetahui kedudukan BK di sekolah
3.    Mengetahui keunikan dan keterkaitan tugas guru dan konselor
4.    Mengetahui bidang-bidang pelayanan di sekolah









BAB II
PEMBAHASAN

A.      Latar Belakang Psikologis
Latar belakang prikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menajadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai, yaitu tentang:
1)   Motif dan Motivasi
Salah satu aspek psikis yang penting diketahui adalah motif, karena keberadaannya sangat berperan dalam tingkah laku individu. Pada dasarnya tidak ada tingkah laku yang tanpa motif, artinya setiap tingkah laku individu itu bermotif.
Sartain mengartikan motif sebagai suatu keadaan yang komplek dalam organisme individu yang mengarahkan perilakunya kepada satu tujuan atau insentif.
J. P. Chaplin mengemukakan, bahwa motif itu adalah satu kekuatan dalam diri individu yang melahirkan, memelihara dan mengarahkan perilaku kepada suatu tujuan.
Jadi motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang dalam bertingkah laku. Dorongan yang ada pada diri seseorang menggerakan orang itu untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang terkandung dalam dorongan itu.

Pengelompokan motif:
1.     Motif Primer
Motif primer didasari oleh kebutuhan asli yang ada pada diri individu sejak ia lahir kedunia.
Motif primer meliputi :
a. Dorongan fisiologis, motif ini besumber pada kebutuhan organis, seperti: Dorongan untuk makan, minum, bernafas,mengembangkan keturunan,beristirahat ,bergerak, dan sebagainya.
b. Dorongan umum meliputi: Perasaan takut, kasih sayang,ingin tahu,menyerang,berusaha,dan mengejar.
2.  Motif Sekunder
Motif sekunder tidak di bawa sejak lahir , melainkan terbentuk bersamaan dengan proses perkembangan individu yang bersangkutan. Motif ini disebut juga motif yang diisaratkan secara sosial, karena manusia hidup dalam lingkungan social dengan sesama manusia sehingga motif ini disebut juga motif sosial.
Dalam perkembangannya motif ini dipengaruhi oleh tingkat peradaban, adat istiadat, dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tempat individu itu berada. Kedalam golongan ini termasuk, antar lain:
a. Dorongan untuk belajar ilmu pengetahuan
b. Dorongan untk mengejar suatu kedudukan
c. Dorongan berprestasi
d. Motif-motif objektif (eksplorasi, manipulasi, dan menaruh minat)
e. Dorongan ingin diterima, dihargai, persetujuan, dan merasa aman
f. Dorongan untuk dikenal

Pengelompokan motif berdasarkan kaitan antara motif dan objek tingkah laku dibagi menjadi dua, yaitu:
·      Motif Instristik, yaitu motif yang tidak usah dirangsang dari luar, karena memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu.
·      Motif Ekstrinstik, yaitu motif yang disebabkan oleh pengaruh rangsangan luar.
Motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.
ü Menggerakan berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat kan kesenangan.
ü Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
ü Untuk menjaga atau menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan – dorongan dan kekuatan – kekuatan individu.

2.    Pembawaan Dasar dan Lingkungan
Pembawaan adalah suatu konsep yang dipercayai/dikemukakan oleh orang-orang yang mempercayai adanya potensi dasar manusia yang akan berkembang sendiri atau berkembang dengan berinteraksi dengan lingkungan. Ada pula istilah lain yang biasa diidentikkan dengan pembawaan, yakni istilah keturunan dan bakat. Sebenarnya ketiga istilah tersebut tidaklah persis sama pengertiannya. Pembawaan ialah seluruh kemungkinan atau kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa perkembangan benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan).
Kondisi yang menjadi pembawaan itu selanjutnya akan terus tumbuh dan berkembang. Namun pertumbuhan dan perkembangan itu tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Untuk dapat tumbuh dan berkembangnya, apa-apa yang dibawa sejak lahir itu, diperlukan prasarana dan sarana yang semuanya berada dalam lingkungan individu yang bersangkutan. Optimalisasi hasil pertumbuhan dan perkembangan isi pembawaan itu amat tergantung pada tersedia dan dinamika prasarana serta sarana yang ada di lingkungan itu.
Pembawaan tersebut berupa sifat, ciri, dan kesanggupan yang biasa bersifat fisik atau bisa juga yang bersifat psikis (kejiwaan). Warna rambut, bentuk mata, dan kemampuan berjalan adalah contoh sifat, ciri, dan kesanggupan yang bersifat fisik. Sedangkan sifat malas, lekas marah, dan kemampuan memahami sesuatu dengan cepat adalah sifat-sifat psikis yang mungkin berasal dari pembawaan. Pembawaan yang bermacam-macam itu tidak berdiri sendiri-sendiri, yang satu terlepas dari yang lain. Seluruh pembawaan yang terdapat dalam diri seseorang merupakan keseluruhan yang erat hubungannya satu sama lain; yang satu menentukan, mempengaruhi, menguatkan atau melemahkan yang lain. Manusia tidak dilahirkan dengan membawa sifat-sifat pembawaan yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan struktur pembawaan. Struktur pembawaan itu menentukan apakah yang mungkin terjadi pada seseorang.
lingkungan adalah segala sesuatu yang mempengaruhi perkembangan diri manusia, yakni orang-orang lain (individu atau masyarakat), binatang, alam, kebudayaan, agama, adat- istiadat, iklim.
Seorang ahli psikolog Amerika, membagi lingkungan menjadi 3 bagian sebagai berikut
a.    Lingkungan alam atau luar (eksternal or physical environment), ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini, selain manusia.
b.    Lingkungan dalam (internal environment), ialah segala sesuatu yang telah masuk ke dalam diri kita, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik kita, misalnya makanan yang telah diserap pembuluh-pembuluh darah dalam tubuh.
c.    Lingkungan sosial, ialah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita.
3.    Perkembangan individu
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami individu menuju kedewasaan baik fisik maupun psikis dan berlangsung secara terus menerus selama siklus kehidupan. Sejak masa konsepsi dalam rahim ibu bakal individu yang telah ditakdirkan ada itu berkembang menjadi janin, janin menjadi bayi, bayi lahir kedunia; terus berkembangan menjadi anak kecil, anak usia SD, remaja dewasa, akhirnya manusia usia lanjut. Dengan demikian jelas bahwa perkembangan individu itu tidak sekali jadi, malainkan bertahap berkesinambungan.
Masing-masing aspek perkembangan, seperti perkembangan kognitif/kecerdasan, bahasa, moral, hubungan sosial, fisik, kemampuan motorik memiliki tahap-tahap perkembangannya sendiri. Disamping itu hukum-hukum perkembangan berlaku bagi perkembangan segenap aspek itu secara menyeluruh, termasuk di dalamnya peranan faktor-faktor pembawaan dan lingkungan. Meskipun masing-masing aspek perkembangan cenderung memperlihatkan caranya sendiri, namun aspek-aspek itu saling terkait. Dalam satu tahap perkembangan tertentu berkembanglah berbagai aspek tersebut dan pada umumnya saling terkait.
Berbagai teori tentang perkembangan individu telah dikemukakan oleh para ahli :
McCandless menekankan pentingnya peranan dorongan biologis dan dorongan kultural dalam perkembangan individu.
Havighusts menampilkan istilah tugas perkembangan, setiap individu yang berkembang harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangan itu apabila ia hendak dikatakan sebagai individu yang bahagia dan sukses. Menurut havighusts, definisi tugas perkembangan adalah “suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan seseorang, yang kesuksesan penyelesaiannya akan menyababkan orang tersebut ke  keadaan bahagia, dan kegagalan penyelesaiannya akan menyebabkan orang tersebut tidak bahagia, tidak diterima oleh masyarakat, dan mengalami kesulitan dalam menjalani tugas-tugas berikutnya”.

4.    Belajar, Balikan, dan Penguatan
Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Thorndike dengan teorinya “Law of effect” dalam hal ini siswa akan lebih bersemangat belajar apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Hasil yang baik akan menjadikan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik pada usaha belajar selanjutnya. Sedangkan dorongan belajar itu menurut Skinner tidak dengan penguatan yang menyenangkan, tetapi juga yang tidak menyenangkan. Siswa yang belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan, nilai yang baik itu mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan positif). Sebaliknya, siswa yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, sehingga mendorongnya untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang jelek dan takut tidak naik kelas bias juga mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan negatif).

5.    Kepribadian
Kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.          Landasan psikologis mengemukakan beberapa hal pokok yang mempunyai pengaruh terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu tentang tingkah laku, motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan dan tugas-tugas perkembangan, belajar dan penguatan, dan kepribadian.
Sering dikatakan bahwa ciri seseorang adalah kepribadiannya. Dalam psikologi, kepribadian masih sulit dicapai. Pengertian kepribadian menurut beberapa ahli psikologi, umumnya terpusat pada faktor fisik dan genetika, berpikir dan pengamatan, serta dinamika motivasi dan perasaan.
Menurut Wiggins, Renner, Clore, dan Rose (1976), mengupas tentang kepribadian dengan melihat hakikat tingkah laku dan perkembangannya secara menyeluruh.
Menurut Hothersall (1985), mencoba merumuskan kepribadian sebagai “predis posisi cara mereaksi yang secara relatif stabil pada diri individu”, sehingga dapat di pahami kepribadian individu sangat kompleks.   Konselor perlu memahami  kompleksitas kepribadian klien disamping mampu memilah-milah ciri-ciri yang dapat diukur. Tugas konselor mengoptimalkan perkembangan dan pendayagunaan predisposisi ataupun ciri kepribadian individu kearah hal-hal positif sesuai tingkat perkembangan dan kebutuhan individu yang bersangkutan

Masalah-masalah Psikologis
1)   Masalah Perkembangan Individu
Proses pertumbuhan ini dimulai sejak individu lahir sampai akhir hayatnya. Tujuan proses pertumbuhan dan perkembangan adalah mencapai kedewasaan yang sempurna secara optimal.
Proses perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam diri individu maupun dari luar. Dari dalam dipengaruhi oleh faktor bawaan dan kematangan, sedangkan dari luar dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Perkembangan akan menjadi baik kalau faktor-faktor tersebut saling mendukung dan melengkapi.
Melalui layanan bimbingan dan konseling, siswa dibantu agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangan dengan baik. Dilihat dari proses dan fase perkembangannya, para siswa berada pada masa remaja (adolensi). Masa ini ditandai dengan berbagai perubahan menuju ke arah tercapainya kematangan dalam berbagai aspek seperti biologis, intelektual, emosional, nilai-nilai hidup dan sebagainya.
Para siswa berada pada masa transisi dari akhir masa kanak-kanak dan memasuki masa remaja sebagai persiapan memasuki masa dewas, yang ditandai dengan berbagai goncangan  yang akan mempengaruhi seluruh pola-pola perilakunya, yang akan mempengaruhi proses belajar mereka di sekolah.
Mengingat dari hal tersebut diatas, maka sekolah mempunyai peranan yang penting dalam membantu siswa untuk mencapai taraf perkembangan melalui pemenuhan tugas-tugas perkembangan secara optimal. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan komponen pendidikan secara khusus dapat membantu siswa dalam proses perkembangan.
2)   Masalah Perbedaan Individu
Individu yang satu berbeda dengan idividu yang lainnya. Timbulnya individu ini dapat kita kembalikan kepada faktor pembawaan dan lingkungan sebagi komponen utama bagi terbentuknyakeunikan individu. Di sekolah sering kali tampak masalah perbedaan individu ini, misalnya ada siswa yang sangat cepat dan ada lambat belajar, ada yang cerdas, dan ada yang berbakat dalam bidang tertentu, dan sebagainya. Kenyataan ini akan membawa konsekuensi bagi pelayanan pendidikan khususnya yang menyangkut bahan pelajaran, metode belajar, alat-alat belajar, penilaian, dan pelayan lainnya. Disamping itu perbedaan ini juga menimbulkan masalah baik bagi siswa itu sendiri maupun bagi lingkungannya.
Mengingat bahwa yang menjadi tujuan pendidikan adalah perkembangan yang optimal dari setiap individu, maka masalah perbedaan individu ini perlu mendapat perhatian dalam pelayanan pendidikan. Sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa dalam mengahadapi masalah-masalah sehubungan dengan perbedaan individu, dengan demikian keunikan dari masing-masing siswa itu tidak akan begitu banyak menimbulkan masalah yang menghambat mereka dalam seluruh proses pendidikannya.
Beberapa aspek perbedaan individual yang perlu mendapat perhatian ialah perbedaan dalam hal-hal sebagai berikut: 1) kecerdasan, 2) kecakapan, 3) hasil belajar, 4) bakat, 5)  sikap, 6) kebiasaan, 7) pengetahuan, 8) kepribadian, 9) cita-cita, 10) kebutuhan, 11) minat, 12) pola-pola dan tempo perkembangan, 13) ciri-ciri jasmaniah, 14) latar belakang keluarga (lingkungan).
Dengan menngetahu data tentang perbeaan-perbedaan tersebut diatas mempunyai manfaat yang sangat besar bagi usaha bantuan yang diberikann kepada siswa di sekolah.
3)   Masalah Kebutuhan Individu
Kebtuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya mendasar bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Maka kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah bagi dirinya.
Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis. Beberapa kebutuhan-kebutuhan yang harus kita perhatikan seperti dikemukakan oleh Maslow mencakup kebutuhan: fisiologis, rasa aman, cina dan dicintai, harga diri, dan aktualisasi diri.
4)   Masalah Penyesuaian Diri
Dalam proses pemenuhan kebutuhan dirinya, individu dituntut mampu menyesuaikan antara kebutuhan dengan segala kemungkinan yang ada dalam lingkungannya. Pada kenyataannya proses penyesuaian diri ini banyak sekali menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri individu itu sendiri. Jika individu dapat berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya, maka ia dapat disebut “well adjusted” atau penyesuaian diri bai. Namun sebaliknya, jika individu gagal dalam proses penyesuaian diri tersebut, disebut “maladjusted” atau salah suai. Dalam hal ini, sekolah hendaknya memberikan bantuan agar setiap siswa dapat menyesuaikan diri dengan baik dan terhindar dari timbulnya gejala-gejala salah suai. Sekolah hendaknya menempatkan diri sebagai lingkungan yang memberi kemudahan untuk tercapainya penyesuaian diri yang bai.
Gejala-gejala salah suai biasanya ditunjukkan dalam bentuk tingkah laku yang kurang wajar atau sering disebut bentuk kelainan tingkah laku, misalnya agresif, rasa rendah diri, bandel, minta perhatian, membolos, mencuri, dan lain sebagainya. Mereka yang menunjukkan kelalaian tingkah laku mempunyai kecenderungan gagal dalam proses pendidikannya. Di sinilah peranan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan.
5)   Masalah Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan perbuatan inti. Dalam perbuatan belajar dapat timbu berbagai masalah baik bagi diri pelajar maupun pengajar (guru). Beberapa masalah belajar siswa, misalnya pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar yang efektif, mempersiapkan ujian atau ulangan, cara memusatkan perhatian (konsentrasi) belajar, cara belajar kelompok, dan lain sebagainya.
Di sinilah sekolah harus menerapkan pentingnya program bimbingan dan konseling untuk membantu mereka dalam keberhasilan belajar.   

B.  Latar Belakang Sosial Budaya
Latar belakang sosial budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya.
Lingkungan sosial budaya yang melatar belakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.
Faktor-faktor sosial budaya yang menimbulkan kebutuhan akan bimbingan:
a.    Perubahan Konstelasi keluarga
Terkait dengan masalah keluarga yang disfungsional, Stephen R. Covey mengemukakan sekitar 30 tahun yang lalu terjadi perubahan situasi keluarga yang sangat kuat dan dramatis seperti peristiwa berikut ini:
Ø Angka kelahiran anak yang tidak sah meningkat menjadi 400%.
Ø Persentase orang tua tunggal (single parrent) telah berlipat ganda.
Ø Angka perceraian yang terjadi telah berlipat ganda, pernikahan yang berakhir dengan perceraian.
Ø Peristiwa bunuh diri dikalangan remaja meningkat sekitar 300%.
Ø Sekor tes bakat skolastik para siswa turun sekitar 73 butir
Ø Masalah nomor satu wanita Amerika pada saat ini adalah tindakan kekerasan (pemerkosaan).
Ø Seperempat remaja yang melakukan hubungan seksual telah terkena penyakit kelamin sebelum menamatkan sekolahnya di SMA
b.    Perkembangan Pendidikan
Arah meluas tampak dalam pembagian sekolah dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah kejuruan. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan untuk memilih jurusan yang khusus dan memilih bidang studi yang tepat bagi setiap murid. Arah mendalam tampak dalam berkembangnya ruang lingkup dan keragaman disertai dengan pertumbuhan tingkat kerumitan dalam tiap bidang studi. Hal ini menimbulkan masalah bagi murid untuk mendalami tiap bidang studi dengan tekun.
Perkembangan ke arah ini bersangkut paut pula dengan kemampuan dan sikap serta minat murid terhadap bidang studi tertentu. Ini semua menimbulkan akibat bahwa setiap murid memerlukan perhatian yang bersifat individual dan khusus. Dalam hal ini pula terasa sekali kebutuhan akan bimbingan di sekolah.
c.    Dunia kerja
Dalam dunia kerja bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan karena terjadi berbagai macam perubahan diantaranya sebagai berikut:
§  Semakin berkurangnya kebutuhan terhadap pekerja yang tidak memilki ketrampilan.
§  Meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja yang profesional dan memiliki ketrampilan teknik.
§  Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari penerapan teknologi maju.
§  Berkembangnya perindustrian di berbagai daerah.
§  Berbagai jenis pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara pelayanan yang baru.
§  Semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang masih berusia muda dalam dunia kerja.
d.   Perkembangan Metropolitan
Dampak sosial yang buruk dari pertumbuhan kota di abad-21 terutama di kota-kota berkembang sebagai berikut:
v Urbanisasi dilakukan dengan motivasi mengadu nasib.
v Masalah pengangguran.
v Banyaknya tenaga kerja yang tidak memenuhi kebutuhan lapangan kerja di kota.
v Banyaknya pemukiman ilegal didirikan.
v Terbatasnya fasilitas air bersih dibanding banyaknya jumlah kebutuhan penduduk.
v Lingkungan semakin buruk yang mengakibatkan meningkatnya angka kematian anak.
e.    Perkembangan Komunikasi
f.     Seksisme dan Rasisme
Seksisme merupakan paham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin yang lainya. Sedangkan rasisme merupakan paham yang mengunggulkan ras yang satu dari ras yang lainnya.
g.    Kesehatan Mental
h.    Perkembangan Teknologi
Timbul dua masalah penting yang menyebabkan kerumitan struktur dan keadaan masyarakat:
·      Penggantian sebagian besar tenaga kerja dengan alat-alat mekanis-elektronik.
·      Bertambahnya jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru yang menghendaki keahlian dan pendidikan khusus.
i.        Kondisi moral dan keagamaan
j.        Kondisi sosial ekonomi.

C.  Latar Belakang Pedagogis
Tujuan inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dan setiap anak didik sebagai pribadi. Dengan demikian setiap kegiatan proses pendidikan diarahkan kepada tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang, maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional (pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal.
Hubungan ini bimbingan mempunyai peranan yang amat penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal. Dengan demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik yang berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun sosial.

D.  Kedudukan BK dalam Pendidikan
BK merupakan bagian yang terintegasi dalam proses pendidikan siswa terutama dalam pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang dimaksud ialah perkembangan siswa secara optimal sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, serta potensi dari masing-masing siswa. Sehingga dalam melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah, peran BK tidak dapat dipisahkan apalagi sampai dihilangkan dari proses pendidikan.
Secara formal kedudukan bimbingan dan konseling ada dalam Sistem Pendidikan di Indonesia, antara lain :
1. UU No. 2 tahun 1989 bab I pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar menyiapkan peserta didik melalui bimbingan dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”
2.  PP No. 28 untuk SD dan PP No. 29 untuk SMP dan SMA tahun 1990 Bab X pasal 25 ayat 1 yang menyatakan :
“Bimbingan adalah bantuan peserta didik untuk memahami diri, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”
“Bimbingan dilaksanakan oleh guru pembimbing”
3.  UU No. 20 tahun 2003 bab I pasal 1 ayat 6
“Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, dan konselor, widyaiswara, pamong belajar, fasilitator dan sebutan lain sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”
Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa bimbingan dan konseling tidak sekedar tempelan saja. Layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran yang cukup penting dan strategis. Bimbingan dan konseling berperan untuk memberikan layanan kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran secara efektif.
Agar dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pribadi sehingga dapat membantu keseluruhan proses belajarnya. Dalam kaitan ini para pembimbing diharapkan untuk :
1.    Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individual maupu kelompok,
2.    Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar,
3.    Memberi kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik  pribadinya,
4.    Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya,
5.    Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
Berkenaan dengan hubungan antara bimbingan dan pendidikan tersebut di atas, Rochma Natawidjaja (1990: 16) Memberikan penjelasan sebagai berikut:
“...bimbingan dan konseling memiliki fungsi dan posisi kunci dalam pendidikan di sekolah, yaitu sebagai pendamping fungsi utama sekolah dalam bidang pengajaran dan perkembangan intelektual siswa dalam bidang menangani ihwal sisi sosial pribadi siswa..”
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa bimbingan dan konseling memiliki fungsi memberikan bantuan kepada siswa dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan pendidikan, yaitu manusia seutuhnya (tercapainya segala aspek kehidupan manusia).
Bidang utama pendidikan, antara lain:
1.    Bidang Administrasi dan Kepemimpinan
Bidang ini menyangkut kegiatan pengelolaan program secara efisien. Pada bidang ini terletak tanggung jawab kepemimpinanan (kepala sekolah dan staf administrasi lainnya) yang terkait dengan kegiatan perencanaan organisasi, deskripsi jabatan atau pembagian tugas,  pembiayaan, penyediaan fasilitas atau sarana prasarana (material), supervisi, dan evaluasi program.
2.    Bidang Intruksional dan Kurikuler
Bidang ini terkait dengan kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap. Pihak yang bertanggung jawab secara langsung terhadap bidang ini adalah para guru.
3.    Bidang Pembinaan Siswa (Bimbingan dan Konseling)
Bidang ini terkait dengan program pemberiaan layanan bantuan kepada peserta didik (siswa) dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal, melalui  interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Personel yang paling bertanggung  jawab terhadap pelaksanaan bidang ini adalah guru pembimbing atau konselor.
Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada tatanan persekolahan, layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran yang cukup penting dan strategis. Bimbingan dan konseling berperan untuk memberikan layanan kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran secara efektif. Untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pribadi agar dapat membantu keseluruhan proses belajarnya. Dalam kaitan ini para pembimbing diharapkan untuk:
a)    Mengenal danmemahami setiap siswa baik secara individual maupu kelompok,
b)   Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar,
c)    Memberi kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakter istik  pribadinya,
d)   Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya,
e)    Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
Berkenaan dengan hubungan antara bimbingan dan pendidikan tersebut di atas, Rochma Natawidjaja (1990: 16) Memberikan penjelasan sebagai berikut:
“...bimbingan dan konseling memiliki fungsi dan posisi kunci dalam pendidikan di sekolah, yaitu sebagai pendamping fungsi utama sekolah dalam bidang pengajaran dan perkembangan intelektual siswa dalam bidang menangani ihwal sisi sosial pribadi siswa..”
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa bimbingan dan konseling memiliki fungsi memberikan bantuan kepada siswa dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan pendidikan, yaitu membantu meratakan jalan menuju ALLAH Swt.; berguna bagi manusia, dan bermanfaat bagi kesejahteraan dan pembangunan bangsa, negara, dan umat manusi.

E.  Keunikan dan Keterkaitan Tugas Guru dan Konselor
Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan peserta didik secara utuh dan optimal sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru, konselor, dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja, sementara itu masing-masing pihak  tetap memiliki wilayah pelayanan khusus dalam mendukung realisasi diri dan pencapaian kompetensi peserta didik. Dalam hubungan fungsional kemitraan antara konselor dengan guru, antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan rujukan.
Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat pembelajaran dirujuk pada konselor untuk penanganannya. Demikian pula masalah yang ditangani konselor  dirujuk kepada guru untuk menindak lanjutinya apabila itu terkait dengan proses pembelajaran bidang studi. Masalah kesulitan belajar peserta didik sesungguhnya akan lebih banyak bersumber dari proses pembelajaran itu sendiri. Hal ini berarti dalam pengembangan dan proses pembelajaran fungsi-fungsi bimbingan dan konseling perlu mendapat perhatian guru. Sebaliknya, fungsi-fungsi pembelajaran bidang studi perlu mendapat perhatian konselor.
Selengkapnya, keunikan dan keterkaitan pelayanan pembelajaran oleh guru dan pelayanan bimbingan dan konseling oleh konselor dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Dimensi
Guru
Konselor
Wilayah Gerak
Khususnya Sistem Pendidikan Formal
Khususnya Sistem Pendidikan Formal
Tujuan Umum
Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional
Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional
Konteks Tugas
Pembelajaran yang mendidik melalui mata pelajaran dengan skenario guru-murid
Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional
·      Fokus Kegiatan
Pengembangan kemampuan penguasaan bidang studi dan masalah-masalahnya
Pengembangan potensi diri bidang pribadi, sosial, belajar, karier, dan masalah-masalahnya
·      Hubungan Kerja
Alih tangan (referal)
Alih tangan (referal)
Target Intervensi


·      Individual
Minim
Utama
·      Kelompok
Pilihan Strategis
Pilihan Strategis
·      Klasikal
Utama
Minim
Ekspetasi Kinerja


·      Ukuran Keberhasilan
Pencapaian standar kompetensi lulusan
lebih bersifat kuantitaif
Kemandirian dalam kehidupan lebih bersifat kualitatif yang unsur-unsurnya saling terkait.
·      Pendekatan Umum
Pemanfaatan Instructional Effects & Nurturant Effects melalui pembelajaran yang mendidik.
Pengenalan diri dan lingkungan oleh konseli dalam rangka pengentasan masalah pribadi, sosial, belajar dan karier. Skenario tindakan merupakan hasil transaksi yang merupakan keputusan konseling.
·      Perencanaan Tindak Intervensi
Kebutuhan belajar ditetapkan terlebih dahulu untuk ditawarkan kepada peserta didik.
Kebutuhan pengembangan diri ditetapkan dalam proses transaksional oleh konseli, difasilitasi oleh konselor.
·      Pelaksanaan Tindak Intervensi
Penyesuaian proses berdasarkan respons ideosinkretik peserta didik yang lebih terstruktur.
Penyesuaian proses berdasarkan respons ideosinkretik konseli dalam transaksi makna yang lebih lentur dan terbuka.

Dibandingkan dengan psikolog, seorang konselor memikul tugas dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling komprehensif, yang berorientasi pengembangan dan pemeliharaan, dan melayani sluruh peserta didik, dengan kerangka kerja utuh yang dapat dirumuskan ke dalam komponen-komponen berikut:
a.    Komponen Layanan Umum, yaitu layanan yang bersifat antisipatoris bagi semua siswa yang diarahkan untuk pengembangan perilaku kemandirian sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangannya. Disinilah perlu dan bisa dikembangkan apa yang disebut dengan “program umum BK” atau disebut dengan ‘kurikulum bimbingan” yang menjadi komponen utama dan arah pengembangan perilaku kemandirian siswa yang dirumuskan dalam standar kompetensi kemandirian siwa. Penggunaan instrument BK untuk asesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka terjadwal di kelas sangat diperlukan untuk implementasi komponen ini. Dalam hal tertentu guru dapat ambil bagian untuk mendukung pencapaian kompetensi belajar siswa melalui pengembangan nuturanteffect pembelajaran.
b.      Komponen Layanan Responsif,  yaitu layanan yang dimaksudkan untuk membantu siswa memecahkan masalah (pribadi, social, akademik, karir) yang dihadapinya pada saat ini dan memerlukan pemecahan segera. Penggunaan instrument pengungkapan masalah diperlukan untuk mendekati masalah apa yang perlu dientaskan. Di sinilah layanan konseling individual maupun kelompok diperlukan dengan segala perangkat pendukungnya.
c.       Komponen Layanan Perencanaan Individual, yaitu layanan yang dimaksudkan untuk memfasilitasi siswa secara individual di dalam merencanakan masa depannya berkenaan dengan kehidupan akademik maupun karir. Pemahaman siswa secara mendalam dengan segala karakteristiknya dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi dan dimiliki siswa amat diperlukan sehingga siswa mampu memilih dan mengambil keputusan dengan tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan dan kebutuhan kusus peserta didik. Kegiatan orientasi, informasi, konseling individual, rujukan, kolaborasi, dan advokasi diperlukan di dalam implementasi layanan ini.
d.      Komponen Sistem Pendukung, yaitu kegiatan yang terkait dengan dukungan manajemen, tata kerja, infra struktur, (misalnya TIK), dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan.



F.   Bidang Pelayanan Konseling
1.    Bimbingan Pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
2.    Bimbingan Sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan temans ebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
3.    Bimbingan Belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.
4.    Bimbingan Karier, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karier.
Dalam proses pendidikan, khususnya disekolah, Mortensen dan Schmuller (1976) mengemukakan adanya bidang-bidang tugas atau pelayanan yang saling terkait.
1.      Bidang kurikulum dan pelaksanaan pengajaran, yaitu penyampaian dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemampuan berkomunikasi peserta didik.
2.      Bidang administrasi atau kepemimpinan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggungjawab dan pengambilan kebijaksanaan, serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan dana dministrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan dan pengembangan staf, prasarana dan sarana fisik, dan pengawasan.
3.      Bidang kesiswaan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik itudapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi, dan minat-minatnya, serta tahap-tahap perkembangannya. Bidang ini dikenal sebagai bidang pelayanan bimbingan dan konseling.


























BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Dalam bimbingan konseling terdapat beberapa faktor yang meletar belakanginya, yaitu latar belakang psikologis, latar belakang sosial dan budaya, dan latar belakang pedagogis. Sebagai pendidikan formal, pelaksanaan proses pendidikan di sekolah sekurang-kurangnya memiliki tiga daerah ruang lingkup, yaitu bidang administrasi dan kepemimpinan, bidang instruksional (pengajaran) dan kurikuler, dan bidang bimbingan dan konseling.
Tugas bidang layanan bimbingan dan konseling adalah memberikan pelayanan agar siswa memeroleh kesejahteraan lahir batin dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya. Kedudukan bimbingan dan konseling juga sangatlah penting. Jadi, bimbingan dan konseling merupakan salah satu bagian yang terintegrasi dalam proses pendidikan untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan, yaitu perkembangan siswa secara optimal sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, dan potensi masing-masingpeserta didik.
B.     Saran
Dari uraian di atas penulis berharap supaya siapapun yang akan mempelajari media pembelajaran, hendaknya paham tentang pengertian, landasan, ciri-ciri, serta tujuan dari masing-masing media pembelajaran secara spesifik.





DAFTAR PUSTAKA

Mugiarso, Heru dkk. 2009. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES Press.
Awalya, dkk. 2013. Bimbingan & Konseling. Semarang: Unnes Press





Tidak ada komentar:

Posting Komentar