BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara umum
bimbingan konseling telah memiliki kedudukan yang sangat kuat. Setiap lembaga
pendidikan selayanknya memiliki unit bimbingan dan konseling, dalam upaya
optimalisasi potensi pendidikan. Bimbingan konseling merupakan serangkaian
program layanan yang diberikan kepada peserta didik agar mereka mampu
berkembang lebih baik. Bimbingan konseling dilaksanakan disekolah-sekolah mulai
dari tingkat dasar, bahkan pra sekolah sampai dengan tingkat tinggi.
Namun, pelaksanaan
Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah diselenggarakan dengan pola yang
tidak jelas, ketidak jelasan pola yang harus diterapkan berdampak
pada buruknya citra bimbingan dan konseling, sehingga melahirkan miskonsepsi
terhadap pelaksanaan BK, munculnya persepsi negatif terhadap pelaksanaan BK.
Bimbingan adalah
proses bantuan kepada seseorang agar ia mampu memahami diri, menyesuaikan diri,
dan mengembangkan diri sehingga mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia.
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara oleh
seorang konselor terhadap individu guna mengatasi masalah atau mengoptimalisasi
potensi yang dimiliki.
Inti dari layanan
bimbingan konseling adalah pengembangan diri. Mengatasi masalah adalah bagian
kecil. Dengan demikian seluruh peserta didik berhak mendapatkan layanan guna
optimalisasi potensi. Pada umumnya fungsi bimbingan konseling yang banyak
dilakukan adalah fungsi penyembuhan sesungguhnya fungsi bimbingna konseling
yang paling utama adalah pengembangan, yakni mengembangkan seluruh potensi yang
dimiliki oleh individu. Bimbingan berpusat pada diri individu, berdasarkan pada
kemampuan dan kebutuhan individu agar ia mampu mengatasi dirinya sendiri dan
mengembangkan segenap kemampuan yang dimiliki.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami
merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana
latar belakang psikologis, sosial budaya, dan pedagogis dari BK?
2. Bagaimana
kedudukan BK di sekolah?
3. Apa
keunikan dan keterkaitan tugas guru dan konselor?
4. Apa
saja bidang-bidang pelayanan di sekolah?
C. Tujuan
Adapun
tujuan dari makalah kami, antara lain sebagai berikut.
1. Mengetahui
latar belakang psikologis, sosial budaya, dan pedagogis dari BK
2. Mengetahui
kedudukan BK di sekolah
3. Mengetahui
keunikan dan keterkaitan tugas guru dan konselor
4. Mengetahui
bidang-bidang pelayanan di sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang Psikologis
Latar belakang prikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah
laku individu yang menajadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena
bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah
laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang
psikologi perlu dikuasai, yaitu tentang:
1)
Motif dan Motivasi
Salah satu aspek psikis yang penting diketahui adalah motif, karena keberadaannya
sangat berperan dalam tingkah laku individu. Pada dasarnya tidak ada tingkah
laku yang tanpa motif, artinya setiap tingkah laku individu itu bermotif.
Sartain mengartikan motif sebagai suatu keadaan yang komplek dalam
organisme individu yang mengarahkan perilakunya kepada satu tujuan atau
insentif.
J. P. Chaplin mengemukakan, bahwa motif itu adalah satu kekuatan dalam diri
individu yang melahirkan, memelihara dan mengarahkan perilaku kepada suatu
tujuan.
Jadi motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang dalam bertingkah
laku. Dorongan yang ada pada diri seseorang menggerakan orang itu untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang terkandung dalam dorongan itu.
Pengelompokan motif:
1.
Motif Primer
Motif primer didasari oleh kebutuhan asli yang ada pada diri individu sejak
ia lahir kedunia.
Motif primer meliputi :
a. Dorongan fisiologis, motif ini besumber pada kebutuhan organis, seperti:
Dorongan untuk makan, minum, bernafas,mengembangkan keturunan,beristirahat
,bergerak, dan sebagainya.
b. Dorongan umum meliputi: Perasaan takut, kasih sayang,ingin
tahu,menyerang,berusaha,dan mengejar.
2.
Motif Sekunder
Motif sekunder tidak di bawa sejak lahir , melainkan terbentuk bersamaan
dengan proses perkembangan individu yang bersangkutan. Motif ini disebut juga motif
yang diisaratkan secara sosial, karena manusia hidup dalam lingkungan social
dengan sesama manusia sehingga motif ini disebut juga motif sosial.
Dalam perkembangannya motif ini dipengaruhi oleh tingkat peradaban, adat
istiadat, dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tempat individu itu berada.
Kedalam golongan ini termasuk, antar lain:
a. Dorongan untuk belajar ilmu pengetahuan
b. Dorongan untk mengejar suatu kedudukan
c. Dorongan berprestasi
d. Motif-motif objektif (eksplorasi, manipulasi, dan menaruh minat)
e. Dorongan ingin diterima, dihargai, persetujuan, dan merasa aman
f. Dorongan untuk dikenal
Pengelompokan motif berdasarkan kaitan antara motif dan objek tingkah laku
dibagi menjadi dua, yaitu:
·
Motif Instristik, yaitu motif yang tidak usah dirangsang dari luar, karena
memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu.
·
Motif Ekstrinstik, yaitu motif yang disebabkan oleh pengaruh rangsangan
luar.
Motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakan, mengarahkan,
dan menopang tingkah laku manusia.
ü Menggerakan berarti menimbulkan
kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara
tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan
kecenderungan mendapat kan kesenangan.
ü Mengarahkan atau menyalurkan tingkah
laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku
individu diarahkan terhadap sesuatu.
ü Untuk menjaga atau menopang tingkah
laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan –
dorongan dan kekuatan – kekuatan individu.
2. Pembawaan Dasar dan Lingkungan
Pembawaan adalah suatu konsep yang dipercayai/dikemukakan oleh orang-orang
yang mempercayai adanya potensi dasar manusia yang akan berkembang sendiri atau
berkembang dengan berinteraksi dengan lingkungan. Ada pula istilah lain yang
biasa diidentikkan dengan pembawaan, yakni istilah keturunan dan bakat.
Sebenarnya ketiga istilah tersebut tidaklah persis sama pengertiannya.
Pembawaan ialah seluruh kemungkinan atau kesanggupan (potensi) yang terdapat
pada suatu individu dan yang selama masa perkembangan benar-benar dapat
diwujudkan (direalisasikan).
Kondisi yang menjadi pembawaan itu selanjutnya akan terus tumbuh dan
berkembang. Namun pertumbuhan dan perkembangan itu tidak dapat terjadi dengan
sendirinya. Untuk dapat tumbuh dan berkembangnya, apa-apa yang dibawa sejak
lahir itu, diperlukan prasarana dan sarana yang semuanya berada dalam
lingkungan individu yang bersangkutan. Optimalisasi hasil pertumbuhan dan
perkembangan isi pembawaan itu amat tergantung pada tersedia dan dinamika
prasarana serta sarana yang ada di lingkungan itu.
Pembawaan tersebut berupa sifat, ciri, dan kesanggupan yang biasa bersifat
fisik atau bisa juga yang bersifat psikis (kejiwaan). Warna rambut, bentuk
mata, dan kemampuan berjalan adalah contoh sifat, ciri, dan kesanggupan yang
bersifat fisik. Sedangkan sifat malas, lekas marah, dan kemampuan memahami
sesuatu dengan cepat adalah sifat-sifat psikis yang mungkin berasal dari
pembawaan. Pembawaan yang bermacam-macam itu tidak berdiri sendiri-sendiri,
yang satu terlepas dari yang lain. Seluruh pembawaan yang terdapat dalam diri
seseorang merupakan keseluruhan yang erat hubungannya satu sama lain; yang satu
menentukan, mempengaruhi, menguatkan atau melemahkan yang lain. Manusia tidak
dilahirkan dengan membawa sifat-sifat pembawaan yang masing-masing berdiri
sendiri-sendiri, tetapi merupakan struktur pembawaan. Struktur pembawaan itu
menentukan apakah yang mungkin terjadi pada seseorang.
lingkungan adalah segala sesuatu yang mempengaruhi perkembangan diri
manusia, yakni orang-orang lain (individu atau masyarakat), binatang, alam,
kebudayaan, agama, adat- istiadat, iklim.
Seorang ahli psikolog Amerika, membagi lingkungan menjadi 3 bagian sebagai
berikut
a.
Lingkungan alam atau luar (eksternal or physical environment), ialah segala
sesuatu yang ada dalam dunia ini, selain manusia.
b.
Lingkungan dalam (internal environment), ialah segala sesuatu yang telah
masuk ke dalam diri kita, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik kita,
misalnya makanan yang telah diserap pembuluh-pembuluh darah dalam tubuh.
c.
Lingkungan sosial, ialah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi
kita.
3. Perkembangan individu
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami individu menuju
kedewasaan baik fisik maupun psikis dan berlangsung secara terus menerus selama
siklus kehidupan. Sejak masa konsepsi dalam rahim ibu bakal individu yang telah
ditakdirkan ada itu berkembang menjadi janin, janin menjadi bayi, bayi lahir
kedunia; terus berkembangan menjadi anak kecil, anak usia SD, remaja dewasa,
akhirnya manusia usia lanjut. Dengan demikian jelas bahwa perkembangan individu
itu tidak sekali jadi, malainkan bertahap berkesinambungan.
Masing-masing aspek perkembangan, seperti perkembangan kognitif/kecerdasan,
bahasa, moral, hubungan sosial, fisik, kemampuan motorik memiliki tahap-tahap
perkembangannya sendiri. Disamping itu hukum-hukum perkembangan berlaku bagi
perkembangan segenap aspek itu secara menyeluruh, termasuk di dalamnya peranan
faktor-faktor pembawaan dan lingkungan. Meskipun masing-masing aspek
perkembangan cenderung memperlihatkan caranya sendiri, namun aspek-aspek itu
saling terkait. Dalam satu tahap perkembangan tertentu berkembanglah berbagai
aspek tersebut dan pada umumnya saling terkait.
Berbagai teori tentang perkembangan individu telah dikemukakan oleh para
ahli :
McCandless menekankan pentingnya peranan dorongan biologis dan dorongan
kultural dalam perkembangan individu.
Havighusts menampilkan istilah tugas perkembangan, setiap individu yang
berkembang harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangan itu apabila ia hendak
dikatakan sebagai individu yang bahagia dan sukses. Menurut havighusts,
definisi tugas perkembangan adalah “suatu tugas yang muncul pada periode tertentu
dalam kehidupan seseorang, yang kesuksesan penyelesaiannya akan menyababkan
orang tersebut ke keadaan bahagia, dan kegagalan penyelesaiannya akan
menyebabkan orang tersebut tidak bahagia, tidak diterima oleh masyarakat, dan
mengalami kesulitan dalam menjalani tugas-tugas berikutnya”.
4. Belajar, Balikan, dan Penguatan
Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Thorndike dengan teorinya “Law
of effect” dalam hal ini siswa akan lebih bersemangat belajar apabila
mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Hasil yang baik akan menjadikan
balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik pada usaha belajar selanjutnya.
Sedangkan dorongan belajar itu menurut Skinner tidak dengan penguatan yang
menyenangkan, tetapi juga yang tidak menyenangkan. Siswa yang belajar sungguh-sungguh
dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan, nilai yang baik itu mendorong
siswa untuk belajar lebih giat lagi (penguatan positif). Sebaliknya, siswa yang
mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik
kelas, sehingga mendorongnya untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang jelek
dan takut tidak naik kelas bias juga mendorong siswa untuk belajar lebih giat
lagi (penguatan negatif).
5. Kepribadian
Kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian adalah suatu organisasi yang
dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan
pikiran individu secara khas.
Landasan psikologis mengemukakan beberapa hal pokok yang mempunyai pengaruh
terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu tentang tingkah laku, motif
dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan dan tugas-tugas
perkembangan, belajar dan penguatan, dan kepribadian.
Sering dikatakan bahwa ciri seseorang adalah kepribadiannya. Dalam
psikologi, kepribadian masih sulit dicapai. Pengertian kepribadian menurut
beberapa ahli psikologi, umumnya terpusat pada faktor fisik dan genetika,
berpikir dan pengamatan, serta dinamika motivasi dan perasaan.
Menurut Wiggins, Renner, Clore, dan Rose (1976), mengupas tentang
kepribadian dengan melihat hakikat tingkah laku dan perkembangannya secara
menyeluruh.
Menurut Hothersall (1985), mencoba merumuskan kepribadian sebagai “predis
posisi cara mereaksi yang secara relatif stabil pada diri individu”, sehingga
dapat di pahami kepribadian individu sangat kompleks. Konselor
perlu memahami kompleksitas kepribadian klien disamping mampu
memilah-milah ciri-ciri yang dapat diukur. Tugas konselor mengoptimalkan
perkembangan dan pendayagunaan predisposisi ataupun ciri kepribadian individu
kearah hal-hal positif sesuai tingkat perkembangan dan kebutuhan individu yang
bersangkutan
Masalah-masalah
Psikologis
1)
Masalah Perkembangan Individu
Proses pertumbuhan ini dimulai sejak individu lahir sampai
akhir hayatnya. Tujuan proses pertumbuhan dan perkembangan adalah mencapai kedewasaan
yang sempurna secara optimal.
Proses perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
dari dalam diri individu maupun dari luar. Dari dalam dipengaruhi oleh faktor
bawaan dan kematangan, sedangkan dari luar dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Perkembangan akan menjadi baik kalau faktor-faktor tersebut saling mendukung
dan melengkapi.
Melalui layanan bimbingan dan konseling, siswa dibantu agar
dapat mencapai tugas-tugas perkembangan dengan baik. Dilihat dari proses dan
fase perkembangannya, para siswa berada pada masa remaja (adolensi). Masa ini
ditandai dengan berbagai perubahan menuju ke arah tercapainya kematangan dalam
berbagai aspek seperti biologis, intelektual, emosional, nilai-nilai hidup dan
sebagainya.
Para siswa berada pada masa transisi dari akhir masa
kanak-kanak dan memasuki masa remaja sebagai persiapan memasuki masa dewas,
yang ditandai dengan berbagai goncangan
yang akan mempengaruhi seluruh pola-pola perilakunya, yang akan
mempengaruhi proses belajar mereka di sekolah.
Mengingat dari hal tersebut diatas, maka sekolah mempunyai
peranan yang penting dalam membantu siswa untuk mencapai taraf perkembangan
melalui pemenuhan tugas-tugas perkembangan secara optimal. Pelayanan bimbingan
dan konseling merupakan komponen pendidikan secara khusus dapat membantu siswa
dalam proses perkembangan.
2)
Masalah Perbedaan Individu
Individu yang satu berbeda dengan idividu yang lainnya.
Timbulnya individu ini dapat kita kembalikan kepada faktor pembawaan dan
lingkungan sebagi komponen utama bagi terbentuknyakeunikan individu. Di sekolah
sering kali tampak masalah perbedaan individu ini, misalnya ada siswa yang
sangat cepat dan ada lambat belajar, ada yang cerdas, dan ada yang berbakat
dalam bidang tertentu, dan sebagainya. Kenyataan ini akan membawa konsekuensi
bagi pelayanan pendidikan khususnya yang menyangkut bahan pelajaran, metode
belajar, alat-alat belajar, penilaian, dan pelayan lainnya. Disamping itu
perbedaan ini juga menimbulkan masalah baik bagi siswa itu sendiri maupun bagi
lingkungannya.
Mengingat bahwa yang menjadi tujuan pendidikan adalah
perkembangan yang optimal dari setiap individu, maka masalah perbedaan individu
ini perlu mendapat perhatian dalam pelayanan pendidikan. Sekolah hendaknya
memberikan bantuan kepada siswa dalam mengahadapi masalah-masalah sehubungan
dengan perbedaan individu, dengan demikian keunikan dari masing-masing siswa
itu tidak akan begitu banyak menimbulkan masalah yang menghambat mereka dalam
seluruh proses pendidikannya.
Beberapa aspek perbedaan individual yang perlu mendapat
perhatian ialah perbedaan dalam hal-hal sebagai berikut: 1) kecerdasan, 2)
kecakapan, 3) hasil belajar, 4) bakat, 5)
sikap, 6) kebiasaan, 7) pengetahuan, 8) kepribadian, 9) cita-cita, 10)
kebutuhan, 11) minat, 12) pola-pola dan tempo perkembangan, 13) ciri-ciri
jasmaniah, 14) latar belakang keluarga (lingkungan).
Dengan menngetahu data tentang perbeaan-perbedaan tersebut
diatas mempunyai manfaat yang sangat besar bagi usaha bantuan yang diberikann
kepada siswa di sekolah.
3)
Masalah Kebutuhan Individu
Kebtuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu.
Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya mendasar bagi kelangsungan hidup individu itu
sendiri. Maka kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan
masalah bagi dirinya.
Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis
kebutuhan dalam diri individu yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan
sosial/psikologis. Beberapa kebutuhan-kebutuhan yang harus kita perhatikan
seperti dikemukakan oleh Maslow mencakup kebutuhan: fisiologis, rasa aman, cina
dan dicintai, harga diri, dan aktualisasi diri.
4)
Masalah Penyesuaian Diri
Dalam proses pemenuhan kebutuhan dirinya, individu dituntut
mampu menyesuaikan antara kebutuhan dengan segala kemungkinan yang ada dalam
lingkungannya. Pada kenyataannya proses penyesuaian diri ini banyak sekali
menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri individu itu sendiri. Jika
individu dapat berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan
tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya, maka ia dapat
disebut “well adjusted” atau penyesuaian diri bai. Namun sebaliknya, jika
individu gagal dalam proses penyesuaian diri tersebut, disebut “maladjusted”
atau salah suai. Dalam hal ini, sekolah hendaknya memberikan bantuan agar
setiap siswa dapat menyesuaikan diri dengan baik dan terhindar dari timbulnya
gejala-gejala salah suai. Sekolah hendaknya menempatkan diri sebagai lingkungan
yang memberi kemudahan untuk tercapainya penyesuaian diri yang bai.
Gejala-gejala salah suai biasanya ditunjukkan dalam bentuk
tingkah laku yang kurang wajar atau sering disebut bentuk kelainan tingkah
laku, misalnya agresif, rasa rendah diri, bandel, minta perhatian, membolos,
mencuri, dan lain sebagainya. Mereka yang menunjukkan kelalaian tingkah laku
mempunyai kecenderungan gagal dalam proses pendidikannya. Di sinilah peranan
bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan.
5)
Masalah Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar
merupakan perbuatan inti. Dalam perbuatan belajar dapat timbu berbagai masalah
baik bagi diri pelajar maupun pengajar (guru). Beberapa masalah belajar siswa,
misalnya pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar yang efektif,
mempersiapkan ujian atau ulangan, cara memusatkan perhatian (konsentrasi)
belajar, cara belajar kelompok, dan lain sebagainya.
Di sinilah sekolah harus menerapkan pentingnya program
bimbingan dan konseling untuk membantu mereka dalam keberhasilan belajar.
B. Latar Belakang Sosial Budaya
Latar belakang
sosial budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada
konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya
merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia
sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan
dengan tuntutan sosial budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi
tuntutan sosial budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya.
Lingkungan sosial
budaya yang melatar belakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga
menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian
individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial budaya ini tidak
“dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun
eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan
pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun
sosialnya.
Faktor-faktor
sosial budaya yang menimbulkan kebutuhan akan bimbingan:
a.
Perubahan Konstelasi
keluarga
Terkait dengan
masalah keluarga yang disfungsional, Stephen R. Covey mengemukakan sekitar 30
tahun yang lalu terjadi perubahan situasi keluarga yang sangat kuat dan
dramatis seperti peristiwa berikut ini:
Ø Angka kelahiran anak yang tidak sah meningkat menjadi 400%.
Ø Persentase orang tua tunggal (single parrent) telah berlipat
ganda.
Ø Angka perceraian yang terjadi telah berlipat ganda,
pernikahan yang berakhir dengan perceraian.
Ø Peristiwa bunuh diri dikalangan remaja meningkat sekitar
300%.
Ø Sekor tes bakat skolastik para siswa turun sekitar 73 butir
Ø Masalah nomor satu wanita Amerika pada saat ini adalah
tindakan kekerasan (pemerkosaan).
Ø Seperempat remaja yang melakukan hubungan seksual telah
terkena penyakit kelamin sebelum menamatkan sekolahnya di SMA
b.
Perkembangan Pendidikan
Arah meluas tampak
dalam pembagian sekolah dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah kejuruan. Hal
ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan untuk memilih jurusan yang khusus dan
memilih bidang studi yang tepat bagi setiap murid. Arah mendalam tampak dalam
berkembangnya ruang lingkup dan keragaman disertai dengan pertumbuhan tingkat
kerumitan dalam tiap bidang studi. Hal ini menimbulkan masalah bagi murid untuk
mendalami tiap bidang studi dengan tekun.
Perkembangan ke
arah ini bersangkut paut pula dengan kemampuan dan sikap serta minat murid
terhadap bidang studi tertentu. Ini semua menimbulkan akibat bahwa setiap murid
memerlukan perhatian yang bersifat individual dan khusus. Dalam hal ini pula
terasa sekali kebutuhan akan bimbingan di sekolah.
c.
Dunia kerja
Dalam dunia kerja
bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan karena terjadi berbagai macam
perubahan diantaranya sebagai berikut:
§ Semakin berkurangnya kebutuhan terhadap pekerja yang tidak
memilki ketrampilan.
§ Meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja yang profesional
dan memiliki ketrampilan teknik.
§ Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari
penerapan teknologi maju.
§ Berkembangnya perindustrian di berbagai daerah.
§ Berbagai jenis pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara
pelayanan yang baru.
§ Semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang masih berusia
muda dalam dunia kerja.
d.
Perkembangan Metropolitan
Dampak sosial yang
buruk dari pertumbuhan kota di abad-21 terutama di kota-kota berkembang sebagai
berikut:
v Urbanisasi dilakukan dengan motivasi mengadu nasib.
v Masalah pengangguran.
v Banyaknya tenaga kerja yang tidak memenuhi kebutuhan lapangan
kerja di kota.
v Banyaknya pemukiman ilegal didirikan.
v Terbatasnya fasilitas air bersih dibanding banyaknya jumlah
kebutuhan penduduk.
v Lingkungan semakin buruk yang mengakibatkan meningkatnya
angka kematian anak.
e.
Perkembangan Komunikasi
f.
Seksisme dan Rasisme
Seksisme merupakan
paham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin yang
lainya. Sedangkan rasisme merupakan paham yang mengunggulkan ras yang satu dari
ras yang lainnya.
g.
Kesehatan Mental
h.
Perkembangan Teknologi
Timbul dua masalah
penting yang menyebabkan kerumitan struktur dan keadaan masyarakat:
·
Penggantian
sebagian besar tenaga kerja dengan alat-alat mekanis-elektronik.
·
Bertambahnya
jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru yang menghendaki keahlian dan pendidikan
khusus.
i.
Kondisi moral dan
keagamaan
j.
Kondisi sosial
ekonomi.
C. Latar Belakang
Pedagogis
Tujuan inti dari
pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dan setiap anak didik
sebagai pribadi. Dengan demikian setiap kegiatan proses pendidikan diarahkan
kepada tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai dengan
potensi masing-masing. Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang, maka
kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa
kegiatan instruksional (pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang
menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi mendapat layanan sehingga
akhirnya dapat berkembang secara optimal.
Hubungan ini
bimbingan mempunyai peranan yang amat penting dalam pendidikan, yaitu membantu
setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal. Dengan demikian maka
hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik yang
berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun sosial.
D.
Kedudukan BK dalam
Pendidikan
BK merupakan bagian yang terintegasi dalam proses pendidikan siswa
terutama dalam pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang dimaksud
ialah perkembangan siswa secara optimal sesuai dengan kemampuan, minat, bakat,
serta potensi dari masing-masing siswa. Sehingga dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan di sekolah, peran BK tidak dapat dipisahkan apalagi sampai
dihilangkan dari proses pendidikan.
Secara formal kedudukan bimbingan dan konseling ada dalam
Sistem Pendidikan di Indonesia, antara lain :
1. UU No. 2 tahun 1989 bab I pasal 1 ayat 1 yang
menyatakan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar menyiapkan peserta didik
melalui bimbingan dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”
2. PP No. 28 untuk SD dan PP No. 29 untuk SMP dan
SMA tahun 1990 Bab X pasal 25 ayat 1 yang menyatakan :
“Bimbingan adalah bantuan peserta didik untuk memahami diri,
mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”
“Bimbingan dilaksanakan oleh guru pembimbing”
3. UU No. 20 tahun 2003 bab I pasal 1 ayat 6
“Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, dan konselor, widyaiswara, pamong belajar, fasilitator dan
sebutan lain sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan”
Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa bimbingan dan
konseling tidak sekedar tempelan saja. Layanan bimbingan dan konseling
mempunyai posisi dan peran yang cukup penting dan strategis. Bimbingan dan
konseling berperan untuk memberikan layanan kepada siswa agar dapat berkembang secara
optimal melalui proses pembelajaran secara efektif.
Agar dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran, pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan pribadi sehingga dapat membantu keseluruhan
proses belajarnya. Dalam kaitan ini para pembimbing diharapkan untuk :
1.
Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individual
maupu kelompok,
2.
Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses
belajar,
3.
Memberi kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat
belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya,
4.
Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalah-masalah
pribadi yang dihadapinya,
5.
Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah
dilakukan.
Berkenaan dengan hubungan antara bimbingan dan pendidikan
tersebut di atas, Rochma Natawidjaja (1990: 16) Memberikan penjelasan sebagai
berikut:
“...bimbingan dan konseling memiliki fungsi dan posisi kunci
dalam pendidikan di sekolah, yaitu sebagai pendamping fungsi utama sekolah
dalam bidang pengajaran dan perkembangan intelektual siswa dalam bidang
menangani ihwal sisi sosial pribadi siswa..”
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa bimbingan dan konseling
memiliki fungsi memberikan bantuan kepada siswa dalam rangka memperlancar
pencapaian tujuan pendidikan, yaitu manusia seutuhnya (tercapainya segala aspek
kehidupan manusia).
Bidang utama
pendidikan, antara lain:
1.
Bidang Administrasi
dan Kepemimpinan
Bidang ini
menyangkut kegiatan pengelolaan program secara efisien. Pada bidang ini
terletak tanggung jawab kepemimpinanan (kepala sekolah dan staf administrasi
lainnya) yang terkait dengan kegiatan perencanaan organisasi, deskripsi jabatan
atau pembagian tugas, pembiayaan, penyediaan fasilitas atau sarana
prasarana (material), supervisi, dan evaluasi program.
2.
Bidang Intruksional
dan Kurikuler
Bidang ini terkait
dengan kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan, dan pengembangan sikap. Pihak yang bertanggung jawab secara
langsung terhadap bidang ini adalah para guru.
3.
Bidang Pembinaan
Siswa (Bimbingan dan Konseling)
Bidang ini terkait
dengan program pemberiaan layanan bantuan kepada peserta didik (siswa) dalam
upaya mencapai perkembangannya yang optimal, melalui interaksi yang sehat
dengan lingkungannya. Personel yang paling bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan bidang ini adalah guru pembimbing atau konselor.
Dalam keseluruhan
kegiatan pendidikan khususnya pada tatanan persekolahan, layanan bimbingan dan
konseling mempunyai posisi dan peran yang cukup penting dan strategis.
Bimbingan dan konseling berperan untuk memberikan layanan kepada siswa agar
dapat berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran secara efektif.
Untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan pribadi agar dapat membantu keseluruhan proses belajarnya.
Dalam kaitan ini para pembimbing diharapkan untuk:
a)
Mengenal
danmemahami setiap siswa baik secara individual maupu kelompok,
b)
Memberikan
informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar,
c)
Memberi kesempatan
yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakter istik
pribadinya,
d)
Membantu setiap
siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya,
e)
Menilai
keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
Berkenaan dengan
hubungan antara bimbingan dan pendidikan tersebut di atas, Rochma Natawidjaja
(1990: 16) Memberikan penjelasan sebagai berikut:
“...bimbingan dan konseling
memiliki fungsi dan posisi kunci dalam pendidikan di sekolah, yaitu sebagai
pendamping fungsi utama sekolah dalam bidang pengajaran dan perkembangan
intelektual siswa dalam bidang menangani ihwal sisi sosial pribadi siswa..”
Lebih lanjut ia
menegaskan bahwa bimbingan dan konseling memiliki fungsi memberikan bantuan
kepada siswa dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan pendidikan, yaitu
membantu meratakan jalan menuju ALLAH Swt.; berguna bagi manusia, dan
bermanfaat bagi kesejahteraan dan pembangunan bangsa, negara, dan umat manusi.
E. Keunikan dan Keterkaitan Tugas Guru dan Konselor
Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan peserta didik secara
utuh dan optimal sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan
oleh guru, konselor, dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja, sementara
itu masing-masing pihak tetap memiliki
wilayah pelayanan khusus dalam mendukung realisasi diri dan pencapaian
kompetensi peserta didik. Dalam hubungan fungsional kemitraan antara konselor
dengan guru, antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan rujukan.
Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru
pada saat pembelajaran dirujuk pada konselor untuk penanganannya. Demikian pula
masalah yang ditangani konselor dirujuk
kepada guru untuk menindak lanjutinya apabila itu terkait dengan proses
pembelajaran bidang studi. Masalah kesulitan belajar peserta didik sesungguhnya
akan lebih banyak bersumber dari proses pembelajaran itu sendiri. Hal ini
berarti dalam pengembangan dan proses pembelajaran fungsi-fungsi bimbingan dan
konseling perlu mendapat perhatian guru. Sebaliknya, fungsi-fungsi pembelajaran
bidang studi perlu mendapat perhatian konselor.
Selengkapnya,
keunikan dan keterkaitan pelayanan pembelajaran oleh guru dan pelayanan
bimbingan dan konseling oleh konselor dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Dimensi
|
Guru
|
Konselor
|
Wilayah Gerak
|
Khususnya Sistem
Pendidikan Formal
|
Khususnya Sistem
Pendidikan Formal
|
Tujuan Umum
|
Pencapaian Tujuan
Pendidikan Nasional
|
Pencapaian Tujuan
Pendidikan Nasional
|
Konteks Tugas
|
Pembelajaran yang
mendidik melalui mata pelajaran dengan skenario guru-murid
|
Pencapaian Tujuan
Pendidikan Nasional
|
·
Fokus Kegiatan
|
Pengembangan
kemampuan penguasaan bidang studi dan masalah-masalahnya
|
Pengembangan
potensi diri bidang pribadi, sosial, belajar, karier, dan masalah-masalahnya
|
·
Hubungan Kerja
|
Alih tangan (referal)
|
Alih tangan
(referal)
|
Target Intervensi
|
||
·
Individual
|
Minim
|
Utama
|
·
Kelompok
|
Pilihan Strategis
|
Pilihan Strategis
|
·
Klasikal
|
Utama
|
Minim
|
Ekspetasi Kinerja
|
||
·
Ukuran
Keberhasilan
|
Pencapaian standar kompetensi lulusan
lebih bersifat kuantitaif |
Kemandirian dalam
kehidupan lebih bersifat kualitatif yang
unsur-unsurnya saling terkait.
|
·
Pendekatan Umum
|
Pemanfaatan Instructional
Effects & Nurturant Effects melalui pembelajaran yang mendidik.
|
Pengenalan diri
dan lingkungan oleh konseli dalam rangka pengentasan masalah pribadi, sosial,
belajar dan karier. Skenario tindakan merupakan hasil transaksi yang
merupakan keputusan konseling.
|
·
Perencanaan Tindak Intervensi
|
Kebutuhan belajar
ditetapkan terlebih dahulu untuk ditawarkan kepada peserta didik.
|
Kebutuhan
pengembangan diri ditetapkan dalam proses transaksional oleh konseli,
difasilitasi oleh konselor.
|
·
Pelaksanaan Tindak Intervensi
|
Penyesuaian proses berdasarkan respons ideosinkretik peserta didik yang lebih
terstruktur.
|
Penyesuaian
proses berdasarkan respons ideosinkretik konseli dalam transaksi makna yang
lebih lentur dan terbuka.
|
Dibandingkan dengan psikolog, seorang konselor memikul tugas
dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling
komprehensif, yang berorientasi pengembangan dan pemeliharaan, dan melayani
sluruh peserta didik, dengan kerangka kerja utuh yang dapat dirumuskan ke dalam
komponen-komponen berikut:
a.
Komponen Layanan Umum, yaitu layanan yang bersifat antisipatoris bagi semua siswa
yang diarahkan untuk pengembangan perilaku kemandirian sesuai dengan tahap dan
tugas-tugas perkembangannya. Disinilah perlu dan bisa dikembangkan apa yang
disebut dengan “program umum BK” atau disebut dengan ‘kurikulum bimbingan” yang
menjadi komponen utama dan arah pengembangan perilaku kemandirian siswa yang
dirumuskan dalam standar kompetensi kemandirian siwa. Penggunaan instrument BK
untuk asesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka terjadwal di kelas sangat
diperlukan untuk implementasi komponen ini. Dalam hal tertentu guru dapat ambil
bagian untuk mendukung pencapaian kompetensi belajar siswa melalui pengembangan
nuturanteffect pembelajaran.
b. Komponen Layanan Responsif,
yaitu layanan yang
dimaksudkan untuk membantu siswa memecahkan masalah (pribadi, social, akademik,
karir) yang dihadapinya pada saat ini dan memerlukan pemecahan segera.
Penggunaan instrument pengungkapan masalah diperlukan untuk mendekati masalah
apa yang perlu dientaskan. Di sinilah layanan konseling individual maupun
kelompok diperlukan dengan segala perangkat pendukungnya.
c. Komponen Layanan Perencanaan Individual, yaitu layanan yang dimaksudkan untuk memfasilitasi siswa
secara individual di dalam merencanakan masa depannya berkenaan dengan
kehidupan akademik maupun karir. Pemahaman siswa secara mendalam dengan segala
karakteristiknya dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan
potensi dan dimiliki siswa amat diperlukan sehingga siswa mampu memilih dan
mengambil keputusan dengan tepat di dalam mengembangkan potensinya secara
optimal, termasuk keberbakatan dan kebutuhan kusus peserta didik. Kegiatan
orientasi, informasi, konseling individual, rujukan, kolaborasi, dan advokasi
diperlukan di dalam implementasi layanan ini.
d. Komponen Sistem Pendukung, yaitu kegiatan yang terkait dengan dukungan manajemen, tata
kerja, infra struktur, (misalnya TIK), dan pengembangan kemampuan profesional
konselor secara berkelanjutan.
F.
Bidang
Pelayanan Konseling
1.
Bimbingan
Pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami,
menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta
kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara
realistik.
2.
Bimbingan
Sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat
dan efektif dengan temans ebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial
yang lebih luas.
3.
Bimbingan
Belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan
sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.
4.
Bimbingan
Karier, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karier.
Dalam proses pendidikan,
khususnya disekolah, Mortensen dan Schmuller (1976) mengemukakan adanya
bidang-bidang tugas atau pelayanan yang saling terkait.
1.
Bidang kurikulum
dan pelaksanaan pengajaran, yaitu penyampaian dan pengembangan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan kemampuan berkomunikasi peserta didik.
2. Bidang administrasi atau kepemimpinan, yaitu bidang yang
meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggungjawab dan pengambilan
kebijaksanaan, serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan dana dministrasi
sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan dan pengembangan staf,
prasarana dan sarana fisik, dan pengawasan.
3. Bidang kesiswaan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi
dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar
masing-masing peserta didik itudapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi,
dan minat-minatnya, serta tahap-tahap perkembangannya. Bidang ini dikenal
sebagai bidang pelayanan bimbingan dan konseling.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dalam bimbingan konseling terdapat beberapa faktor yang meletar
belakanginya, yaitu latar belakang psikologis, latar belakang sosial dan
budaya, dan latar belakang pedagogis. Sebagai pendidikan formal, pelaksanaan
proses pendidikan di sekolah sekurang-kurangnya memiliki tiga daerah ruang
lingkup, yaitu bidang administrasi dan kepemimpinan, bidang instruksional
(pengajaran) dan kurikuler, dan bidang bimbingan dan konseling.
Tugas bidang layanan bimbingan dan konseling adalah memberikan
pelayanan agar siswa memeroleh kesejahteraan lahir batin dalam proses
pendidikan yang sedang ditempuhnya. Kedudukan bimbingan dan konseling juga
sangatlah penting. Jadi, bimbingan dan konseling merupakan salah satu bagian
yang terintegrasi dalam proses pendidikan untuk membantu tercapainya tujuan
pendidikan, yaitu perkembangan siswa secara optimal sesuai dengan kemampuan,
minat, bakat, dan potensi masing-masingpeserta didik.
B.
Saran
Dari uraian di atas penulis berharap supaya siapapun yang
akan mempelajari media pembelajaran, hendaknya paham tentang pengertian,
landasan, ciri-ciri, serta tujuan dari masing-masing media pembelajaran secara
spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Mugiarso, Heru dkk. 2009. Bimbingan dan Konseling.
Semarang: UPT UNNES Press.
Awalya, dkk. 2013. Bimbingan & Konseling. Semarang: Unnes Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar